Saat ini ada wacana menarik yang berkembang di Makassar, yaitu Pendidikan Gratis. Program ini merupakan program unggulan (ato lebih tepat dikatakan program janji kampanye) dari Gubernur Terpilih, dan rencananya tahun ajaran baru ini, semua sekolah negeri (kecuali yang memakai Standar International) dan beberapa sekolah swasta diminta untuk bersama² mensukseskan program ini.
Namun, program yang di sambut suka cita sama masyarakat menegah kebawah di Makassar, ternyata tidak disambut baik oleh kalangan pendidik. Guru khususnya. Program ini konon kabarnya hanya akan menurunkan kesejahteraan guru.
Dari sini timbullah pro kontra terhadap program ini. Kalangan masyarakat menegah bawah, jelas menyambut janji Gubernur terpilih untuk me-real-kan pendidikan gratis ini, dmn semua biaya yang menyangkut pendidikan GRATIS. Mulai dari SPP, biaya ujian, uang buku, dan semua biaya lainnya. Sekolah dilarang keras untuk memungut biaya!!! Bahkan baju olahraga pun menjadi tidak wajib lagi dikenakan oleh siswa, jika siswa mampu dan mau, bisa membeli baju tersebut, dan sebaliknya jika tidak mampu, tidak ada paksaan, toh masih ada baju sehari-hari.
Berbeda dengan Masyarakat menengah bawah, kalangan pendidik jelas keberatan dengan adanya program ini, kesejahteraan guru mulai menurun, tidak ada uang tambahan lagi yang bisa didapatkan oleh guru, misal tambahan dari les-les, persenan dari hasil menjual LKS (Lembar Kerja Siswa) ato buku panduan.
Lalu darimana sekolah dapat biaya untuk pengembangan?? Pemerintah tentunya sudah mempersiapkan hal ini, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan tentunya Pemerintah mengatur dengan jelas hitung²an biaya, yang nantinya akan diberikan ke tiap sekolah yang mengikuti program ini yang akan dibayarkan pertriwulan.
Untuk biaya pembangunan, pemerintah memberikan Rp. 17.500/siswa. Jadi ya dihitung sajalah berapa siswa disekolah tersebut, lalu menambah kesejahteraan guru (klo hal ini di anggap MENAMBAH siyh) untuk pemeriksaan hasil kerja siswa, guru mendapat kompensasi tambahan diluar gaji pokok tentu saja Rp. 100/siswa. Lalu untuk buku panduan, pemerintah menyarankan mendownload bahan materi ajaran di internet, lalu di copykan kepada siswa, dan kompensasi untuk semua mata pelajaran (siswa tetap tidak dibebankan biaya ini, jadi kompensasi tetap ditanggung oleh Pemerintah) Rp. 8.000/siswa.
Sementara itu, dengan tidak seragamnya baju olahraga, menurut beberapa pendidik jelas mengurangi prestise sekolah, keliahatan tidak kompak, padahal khan memang tidak ada aturan yang mengharuskan qt memakai baju olahraga yang sama dalam 1 sekolah.
Menurut cc pribadi, ga ada yang salah dengan program pemerintah ini, toh sudah ada beberapa Negara yang mensubsidi pendidikan masyarakatnya, sehingga biaya hidup masyarakatpun berkurang. Dan hasilnya, tidak diragukan, apalagi SDM tetap berkualitas. Asal program ini didukung sepenuhnya dari berbagai pihak. Percuma pemerintah punya program seperti ini, jika ada beberapa kalangan yang tidak mendukung penuh.
Hanya saja mgk tehnis yang masih perlu dibenahi. Penyakit masyarakat qt dalam masalah mutu adalah, semakin murah bahkan gratisnya sebuah pelayanan, maka mutunya semakin menurun, hal ini yang kurang diperhitungkan oleh pemerintah. Sekolah jelas tiap bulan harus membayar gaji gurudan karyawan, mengeluarkan biaya operasional sekolah(seperti listrik, air, telepon, internet *khusus yang ini harusnya di GRATISkan juga lha.. klo perlu seluruh warga Makassar gratis untuk akses internet hehehe*, dll) dan tentu biayanya ga sedikit, lalu pihak sekolah darimana mendapatkan biaya tersebut, jika kompensasi dari pendidikan gratis dibayarkan pertriwulan??? Lalu klo kondisi seperti ini, mengakibatkan guru (wlo ga semua, tp ga bisa dipungkiri, hampir semua orang jelas money oriented, so klo ga ada kompensasi yang lumayan ngapain dikerjain, ditambah kebutuhan hidup yang kian hari kian mencekik, guru juga khan manusia, jelas butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya) menjadi ogah²an untuk mengajar, hal ini tentu saja mengakibatkan anak didik menurun dari segi kualitas.
Mungkin klo semua guru di negeri ini seperti Ibu Mus dalam Buku Laskar Pelangi, Program pemerintah ini akan menjadi lebih mudah terealisasi tanpa ada pro dan kontra, kualitas tidak perlu diragukan, dan guru pun dengan suka cita mengajarkan semua hal yang baru kepada anak didik, karena mengajar merupakan separuh nafasnya (kek lagu ya?? Hehe). Apalagi jelas kondisi yang ditawarkan pemerintah jauhhh lebih baik dari sekolah para Laskar pelangi.
Tidak ada alasan mendasar memang untuk menolak itikad baek pemerintah ini, hanya saja banyak yang perlu di tinjau ulang, Pemerintah meninjau hal tehnis, dan para pendidik pun meninjau kedalam hati mereka, jangan sampai imbas dari pendidikan Gratis ini membuat kualitas pendidikan semakin terpuruk, lalu mau jadi apa generasi qt yang akan datang????
Mungkin sahabat blogger ada yang bisa memberi saran… tinggalin koment ya??
Namun, program yang di sambut suka cita sama masyarakat menegah kebawah di Makassar, ternyata tidak disambut baik oleh kalangan pendidik. Guru khususnya. Program ini konon kabarnya hanya akan menurunkan kesejahteraan guru.
Dari sini timbullah pro kontra terhadap program ini. Kalangan masyarakat menegah bawah, jelas menyambut janji Gubernur terpilih untuk me-real-kan pendidikan gratis ini, dmn semua biaya yang menyangkut pendidikan GRATIS. Mulai dari SPP, biaya ujian, uang buku, dan semua biaya lainnya. Sekolah dilarang keras untuk memungut biaya!!! Bahkan baju olahraga pun menjadi tidak wajib lagi dikenakan oleh siswa, jika siswa mampu dan mau, bisa membeli baju tersebut, dan sebaliknya jika tidak mampu, tidak ada paksaan, toh masih ada baju sehari-hari.
Berbeda dengan Masyarakat menengah bawah, kalangan pendidik jelas keberatan dengan adanya program ini, kesejahteraan guru mulai menurun, tidak ada uang tambahan lagi yang bisa didapatkan oleh guru, misal tambahan dari les-les, persenan dari hasil menjual LKS (Lembar Kerja Siswa) ato buku panduan.
Lalu darimana sekolah dapat biaya untuk pengembangan?? Pemerintah tentunya sudah mempersiapkan hal ini, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan tentunya Pemerintah mengatur dengan jelas hitung²an biaya, yang nantinya akan diberikan ke tiap sekolah yang mengikuti program ini yang akan dibayarkan pertriwulan.
Untuk biaya pembangunan, pemerintah memberikan Rp. 17.500/siswa. Jadi ya dihitung sajalah berapa siswa disekolah tersebut, lalu menambah kesejahteraan guru (klo hal ini di anggap MENAMBAH siyh) untuk pemeriksaan hasil kerja siswa, guru mendapat kompensasi tambahan diluar gaji pokok tentu saja Rp. 100/siswa. Lalu untuk buku panduan, pemerintah menyarankan mendownload bahan materi ajaran di internet, lalu di copykan kepada siswa, dan kompensasi untuk semua mata pelajaran (siswa tetap tidak dibebankan biaya ini, jadi kompensasi tetap ditanggung oleh Pemerintah) Rp. 8.000/siswa.
Sementara itu, dengan tidak seragamnya baju olahraga, menurut beberapa pendidik jelas mengurangi prestise sekolah, keliahatan tidak kompak, padahal khan memang tidak ada aturan yang mengharuskan qt memakai baju olahraga yang sama dalam 1 sekolah.
Menurut cc pribadi, ga ada yang salah dengan program pemerintah ini, toh sudah ada beberapa Negara yang mensubsidi pendidikan masyarakatnya, sehingga biaya hidup masyarakatpun berkurang. Dan hasilnya, tidak diragukan, apalagi SDM tetap berkualitas. Asal program ini didukung sepenuhnya dari berbagai pihak. Percuma pemerintah punya program seperti ini, jika ada beberapa kalangan yang tidak mendukung penuh.
Hanya saja mgk tehnis yang masih perlu dibenahi. Penyakit masyarakat qt dalam masalah mutu adalah, semakin murah bahkan gratisnya sebuah pelayanan, maka mutunya semakin menurun, hal ini yang kurang diperhitungkan oleh pemerintah. Sekolah jelas tiap bulan harus membayar gaji gurudan karyawan, mengeluarkan biaya operasional sekolah(seperti listrik, air, telepon, internet *khusus yang ini harusnya di GRATISkan juga lha.. klo perlu seluruh warga Makassar gratis untuk akses internet hehehe*, dll) dan tentu biayanya ga sedikit, lalu pihak sekolah darimana mendapatkan biaya tersebut, jika kompensasi dari pendidikan gratis dibayarkan pertriwulan??? Lalu klo kondisi seperti ini, mengakibatkan guru (wlo ga semua, tp ga bisa dipungkiri, hampir semua orang jelas money oriented, so klo ga ada kompensasi yang lumayan ngapain dikerjain, ditambah kebutuhan hidup yang kian hari kian mencekik, guru juga khan manusia, jelas butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya) menjadi ogah²an untuk mengajar, hal ini tentu saja mengakibatkan anak didik menurun dari segi kualitas.
Mungkin klo semua guru di negeri ini seperti Ibu Mus dalam Buku Laskar Pelangi, Program pemerintah ini akan menjadi lebih mudah terealisasi tanpa ada pro dan kontra, kualitas tidak perlu diragukan, dan guru pun dengan suka cita mengajarkan semua hal yang baru kepada anak didik, karena mengajar merupakan separuh nafasnya (kek lagu ya?? Hehe). Apalagi jelas kondisi yang ditawarkan pemerintah jauhhh lebih baik dari sekolah para Laskar pelangi.
Tidak ada alasan mendasar memang untuk menolak itikad baek pemerintah ini, hanya saja banyak yang perlu di tinjau ulang, Pemerintah meninjau hal tehnis, dan para pendidik pun meninjau kedalam hati mereka, jangan sampai imbas dari pendidikan Gratis ini membuat kualitas pendidikan semakin terpuruk, lalu mau jadi apa generasi qt yang akan datang????
Mungkin sahabat blogger ada yang bisa memberi saran… tinggalin koment ya??
janji janji tinggal janji.....
ReplyDeletebulan madu hanya mimpi....
begitu pula pendidikan gratis
emang ada guru yang mau ngajar sukarela....emang ada penerbit buku yang memberikan buku secara cuma2...
semua butuh dana....jadi IMPOSSIBLE..coba ulangi anak2....IMPOSSIBLE bukan iksan namanya klo bicara tanpa bukti
Daerahku yang di gratiskan adalah pengobatan di Puskesmas..
ReplyDeletesama aja mau digratisin apa bayarnya dinaikkan? boleh asal tingkat upah dinaikkin...jadi gaji billah naik lagi...kekekekek
ReplyDeletehe..he.. pemerintah tau aja kalau sekarang lagi musim2nya mencari hati rakyat.. hehehee.... semangat pendidikan gratis .... hehehe.....
ReplyDeletestau oping gaji guru itu udah naek kan... kurang apalagi sih masa trade off nya mesti sama sekolah gratis. ga lucu banget... baca ceritanya lintang di laskar pelangi aja bikin outrage banget.. aaarrrrggggghhh.
ReplyDeletejanji sih boleh aja muluk2..tp rata2 orang indonesia itu kurang melihat ke depan, gampang aja bicara tp ga menyediakan rencana cadangan bila nantinya timbul masalah...kalo masalah udah datang biasanya berkelit...soal sekolah gratis, boleh2 aja..yg penting mutunya ga berkurang dan pihak pemerintah wajib memberi kesejahteraan kepada guru2..
ReplyDeletejanji...janji..janji.....semoga cagub2 yg bakal terpilih jadi gub bener2 memenuhi janjinya
ReplyDeleteUmar bakrie berpacu diatas sepeda tuanya, berlomba dengan pengabdian dan beradu cepat dengan kesejahteraan…
ReplyDeletenah itu dia yg jd masalah sekarang....pendidikan bisa gratis tp kesejahteraan guru bisa terganggu....muridnya bisa sekolah...gurunya nanti yg jd males....
ReplyDeletetumben serius :P
ReplyDeleteJembrana sebagai penggagas pendidikan gratis (subsidi pemkab) dan program ini dah berlangsung dari tahun 2001 udah menjadi bagian dari kehidupan masyrakatnya. Yang unik dari Jembrana adalah daerah tersebut terkenal dengan daerah yang hanya bermodalkan debu dan lumpur saja, dengan PAD 14 Milyard, tetapi kok mampu ya.. bikin semuanya serba gratis?? baik itu dibidang pendidikan, kesehatan, pajak tanah untuk petani, internet dll. Jadi, untuk program yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Prov Makasar sgt perlu dilaksanakan tinggal menunggu kekompakan dari berbagai elemen untuk membangun daerahnya yang tentu saja dengan hati pikiran seia sekata guna pembangunan menuju masyarakat Makasar yang madani dan sejahtera, selamat ya.. tlh memiliki pemimpin yang perduli akan kebutuhan masysrakatnmya... dan jangan panik pendidikan gratis akan tetap menjaga mutu pendidikannya, buktinya di Jembrana, sebagai indikator,. hasil kelulusan UN 2008 tertinggi di Bali hanya 4mpat yg ngak lulus... selamat ya atas makasar moga suhu polityiknya makin dingin ngak perlu panas2 yang justru akan menjerumuskan rakyatnya,,, bravo makasar!!!!
ReplyDelete