Lanjutan cerita Prince Hilmi sakit, jadi setelah 2 minggu kembali kontrol ke DSA, yaa selama 2 minggu sih intensitas Hilmi kencing sudah mulai membaik, tapi ada kalanya ketika dia mau kencing, ujung penisnya mengembung, dan daripada ISKnya (kalaupun memang ISK) berulang nanti, jadi kami mengikuti saran DSA untuk sunat saja.
Dirujuklah kami ke dokter bedah, hari itu juga kami langsung daftar untuk konsul ke dokter bedah, hanya karena udah kesiangan, dokter bedahnya sudah masuk ruang operasi, ya wes kembali besok.
Besok, tiba di RS, ngantri bentar di poli bedah langsung deh ketemu sama dokter bedah yang baik hati dan enak banget diajakin konsultasi, setelah membeberkan kondisi Hilmi, setelah ngecek penis Hilmi beliau langsung bilang sebaiknya disunat secepatnya, karena lubangnya penisnya terlalu kecil, dan kondisi kulup kelamin jika dibuka mentok, tidak terbuka dengan baik, daripada sisa kencingnya mengendap malah berefek kurang baik nantinya seperti usus turun, jadi kami segera mengiyakan untuk sunat saya.
dokter bedah : ya sudah jadwalkan sunat segera, kasian kalau tidak disunat ini
saya : ya sudah dok, kalau memang begitu baiknya, kami siap.
dokter bedah : kapan maunya?
saya : bagaimana kalau sudah lebaran? (masih seminggu lagi lebarannya)
dokter bedah : wahh kelamaan, ini udah bukan EMERGENCY lagi, tapi udah URGENT, semakin menunda lama, kasian dia tiap mau kencing penisnya mengembung, nanti malah muncul penyakit lain.
ya sudah ya saya jadwalkan malam ini, jadi habis dari sini, periksa darah dulu, kalau bisa masuknya siang supaya bisa konsul dulu sama dokter anastesinya, karena akan menggunakan anastesi umum (bius total)
jadi kami langsung ke lab, saking tipisnya pembuluh darahnya, sampai 3x suntik, duhh kasian prince Hilmi sampai ngamuk2, ga tegaaa liatnya, tapi ya mau gimana, demiiiii sehat nih.
Setelah hasil darah keluar, pulang kerumah dulu, karena kita juga milihnya rumah sakit dekat rumah aja dimana sang dokter bedah juga bekerja disitu. Pulang beberes bentar, lalu jam 3 siang kami berangkat kerumah sakit.
sempat agak sedikit menghebohkan, karena statusnya Hilmi pasien operasi bedah, pas dijelasin kalau mau sunat baru semua lega, mungkin heran kali yaa, mau dioperasi bedah kok masih ceria2 aja hihihi. Jam 5 perawat masuk meminta Hilmi puasa, untung baru aja sudah reload, dan untung juga bukan masanya growth spurt, jadi dia ga terlalu rese kalau lapar.
Jam 7 dipanggil untuk pemasangan infus, disuntik lagi :( ngamuuk donnkk, habis pasang infus udah susah ditenangin karena ga bisa dikasih ASI, jadi dia nangis sampai tertidurrr, sabar yaaa babykuuuu.
Malam ini kami dijadwalkan paling terakhir, ada 3 operasi bedah malam itu, jam 9 kami baru dipanggil menuju ruang operasi, menunggu sekitar 15 menit, hingga akhirnya Hilmi dibawah masuk sama tante perawat, orangtuanya menunggu diluar. Ikssssssss.
Ga lama kemudian (lupa ngitung waktunya) perawat keluar membawa 'kupasan' kulit kelamin Hilmi, artinya operasi sunat Hilmi telah selesai, tinggal tunggu Hilmi bangun.
Pas Hilmi bangun sekitar jam 10, saya diminta masuk ruang recovery untuk nenangin Hilmi karena sudah ngamuk banget, kesakitan kali yaa? ya iyaaalaaah, dia nangis, ngamuk, susah ditenangin, gendongnya juga jadi serba salah, dan perawat pendamping dari kamar perawatan pun belum datang, jadi Hilmi belum boleh dibawa keluar dari ruang recovery.
Ga lama perawat datang, saya gendong Hilmi kembali ke kamar perawatan, masih dalam kondisi ngamuk, dan setiba dikamar, ternyata infusnya lepas, dan darahnya keluar banyaaaak bangett :( udah ngiluuu banget rasanya hati ini, kasiaaan banget liat dia seperti itu.
Untung setelah dikasih ASI ga lama dia mulai tertidur, walaupun yaaa bentar2 nangis, jadi malam itu indonya pun ga tidur berjaga disamping Hilmi, mana agak merepotkan dengan infusnya jadi tiap dia ngamuk, susah banget ngatur posisi supaya indo nyaman dan Hilmipun juga nyaman.
Paginya, Hilmi udah ceriaaa, sudah ketawa, kadang sih masih nangis, mungkin merasa perih dikit, tapi udah bisa dihandle, yang susah cuma menjaga si selang infus ga dimainin sama baby iniiii.
Alhamdulillah Jumat sudah perbolehkan pulang, perban dibuka sebelum kita pulang dan diresepin salep biar cepat kering. Dan Idul Adha kemarin Hilmi sudah ikut berlebaran, luka sunatnya sudah kering, jadi sudah bisa pakai popok dan celana. Alhamdulillah.
Selama masa seminggu ini, sebenarnya banyak banget pertanyaan dari teman2 kenapa Hilmi kami sunat secepat itu dan apa penyebabnya sehingga Hilmi kami sunat.
Jadi kondisi lubang penis Hilmi yang kecil itu disebut Fimosis, yaitu pelekatan kulup kelamin, sehingga ketika ditarik tidak bisa terbuka sempurna, menurut yang saya baca2, banyak bayi laki-laki yang kena fimosis fisiologis (bawaan lahir) tapi akan merenggang dan normal kembali seiring bertambahnya usia anak, tapiiii jika diikuti dengan kondisi2 seperti penis mengembung ketika buang air, bayi menangis ketika buang air, 'pancuran' kencing tidak bisa diperkirakan, bahkan kadang hanya menetes, sebaiknya sih segera bawa ke dokter.
Sunat memang bukan jalan satu-satunya untuk mengobati fimosis ini, tapi sunat merupakan jalan yang terbaik dan efektif untuk mengatasi fimosis. Tidak usah ragu dengan usia bayi yang masih sangattt kecil, karena semakin cepat ditangani, semakin bagus, ada beberapa kasus dikampung suami, anak usia dibawah 3 tahun sudah kena usus turun, nah ini salah satu penyakit yang akan muncul jika gangguan kencing yang menjadi penyebab fimosis ini tidak segera ditangani.
Awal-awal sih banyak pro-kontra, kontra sebenarnya hanya karena kasian Hilmi masih terlalu kecil kok disunat, tapi berdasarkan pengalaman beberapa teman dan juga menurut kakeknya Hilmi waktu zaman nabi katanya bayi usia 7hari sudah disunat (ntah ini sunnah atau hanya tradisi zaman itu, belum cari info lebih lanjut) dan dibeberapa wilayah malah jadi tradisi juga, makanya makin yakin untuk segera melakukan sunat Hilmi.
Oya, total pembayaran untuk operasi sunat sebesar 9jt 160rban, udah termasuk biaya kamar untuk 2 hari dan obat-obat2an, dan jasa visit dokter, untuk biaya tindakan operasi sebesar 8jtan. Untungnya sih full cover BPJS, asal tidak upgrade kamar. Misal nih yaaa, menurut kelas golongan ambenya Hilmi jatah Hilmi itu kamar kelas 2, jadi jika kami mau upgrade kamar kelas 1 atau VIP, maka biaya tindakan operasinya pun diupgrade, jadi bukan hanya sekedar tambah biaya kamar aja, tapi biaya operasi juga ikut terupgrade.
Jadi kami tetap pilih kelas 2, untungnya dirumah sakit tersebut, untuk kamar kelas 2 tetap ditempati oleh 1 pasien, hanya kamarnya lebih kecil, dan tempat tidur yang didapatpun tidak seempuk kalau pakai VIP hihihi yaa ga masalah sih.
Kami hanya bayar 85rb, karena ada obat yang tidak tertanggung BPJS. Jadi kalau teman-teman nanti punya pengalaman seperti Hilmi dan berniat untuk melakukan operasi sunat, sebaiknya siapkan dulu asuransi untuk mengcover biayanya.
Semoga pengalaman kami bermanfaat yaaaaaaa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mba, trimakasih atas sharingnya.anak saya jg mngalami hal yang sama.lusa dijadwalkn sunatnya.tapi kok kata pihak rs utk kasus ini sdh tdk ditanggung oleh bpjs.saya sedang mencari info kenapa.di situs bpjs pun mengatakan segala bentuk operasi karena indikasi medis itu ditanggung.
ReplyDeletehi mbak. maaf telat banget responnya, jadi gimana? anaknya sudah disunat atau belum?
Deletebiasanya sih kalau kasus seperti ini ada baiknya minta rujukan dulu dari faskes 1 tempat bpjsnya terdaftar, setahu saya jika ada rujukan medis, semua tertanggung bpjs, asalkan kita mengambil kelas yang sesuai dengan iuran bpjsnya.
kalau tanpa rujukan medis dari faskes 1, biasanya memang pihak RS berkelit, karena kasusnya jadi operasi atas permintaan sendiri bukan dirujuk oleh tenaga medis yang berwenang (dalam hal ini yang berwenang merujuk ya faskes 1)
kalau saya dulu alurnya, ke faskes 1 dulu minta rujukan bahwa penyakit anak saya ini butuh ditangani oleh dokter ahli (dokter anak), setelah beberapa kali konsultasi pada dokter anak, kemudian dirujuk ke dokter ahli bedah untuk konsultasi lebih lanjut, lalu dari ahli bedah memberikan rujukan operasi, kami ditanya mau operasi di RS mana (kami konsul di RSUD, dokter memberi pilihan mau tetap di RSUD atau di RS Swasta dimana beliau juga dinas disana, keduanya tertanggung full bpjs, hanya soal waktu aja, kalau di RSUD, anak kami baru dioperasi besok, tapi kalau d RS Swast, malam itu juga sudah bisa, jadi kami milih yang di swasta aja. dokternya cuma pesan, ambil kelas sesuai dengan iuran bpjsnya, biar ga nambah.
semua rangkaian proses pemeriksaan mulai dari awal hingga selesai operasi tertanggung bpjs kecuali ada beberapa obat yang tdk tertanggung bpjs (harga obat 85rb), dan pemeriksaan urine di prodia (waktu itu kami kejauhan kalau mesti bawa urine ke lab RSUD, jadi kami minta surat pengantar untuk membawa ke prodia saja, dekat dr rumah. (tes urine 50rb)