Friday, September 25, 2015

Fimosis dan sunat bayi

Lanjutan cerita Prince Hilmi sakit, jadi setelah 2 minggu kembali kontrol ke DSA, yaa selama 2 minggu sih intensitas Hilmi kencing sudah mulai membaik, tapi ada kalanya ketika dia mau kencing, ujung penisnya mengembung, dan daripada ISKnya (kalaupun memang ISK) berulang nanti, jadi kami mengikuti saran DSA untuk sunat saja.

Dirujuklah kami ke dokter bedah, hari itu juga kami langsung daftar untuk konsul ke dokter bedah, hanya karena udah kesiangan, dokter bedahnya sudah masuk ruang operasi, ya wes kembali besok.

Besok, tiba di RS, ngantri bentar di poli bedah langsung deh ketemu sama dokter bedah yang baik hati dan enak banget diajakin konsultasi, setelah membeberkan kondisi Hilmi, setelah ngecek penis Hilmi beliau langsung bilang sebaiknya disunat secepatnya, karena lubangnya penisnya terlalu kecil, dan kondisi kulup kelamin jika dibuka mentok, tidak terbuka dengan baik, daripada sisa kencingnya mengendap malah berefek kurang baik nantinya seperti usus turun, jadi kami segera mengiyakan untuk sunat saya.

dokter bedah : ya sudah jadwalkan sunat segera, kasian kalau tidak disunat ini
saya : ya sudah dok, kalau memang begitu baiknya, kami siap.
dokter bedah : kapan maunya?
saya : bagaimana kalau sudah lebaran? (masih seminggu lagi lebarannya)
dokter bedah : wahh kelamaan, ini udah bukan EMERGENCY lagi, tapi udah URGENT, semakin menunda lama, kasian dia tiap mau kencing penisnya mengembung, nanti malah muncul penyakit lain.
ya sudah ya saya jadwalkan malam ini, jadi habis dari sini, periksa darah dulu, kalau bisa masuknya siang supaya bisa konsul dulu sama dokter anastesinya, karena akan menggunakan anastesi umum (bius total)

jadi kami langsung ke lab, saking tipisnya pembuluh darahnya, sampai 3x suntik, duhh kasian prince Hilmi sampai ngamuk2, ga tegaaa liatnya, tapi ya mau gimana, demiiiii sehat nih.

Setelah hasil darah keluar, pulang kerumah dulu, karena kita juga milihnya rumah sakit dekat rumah aja dimana sang dokter bedah juga bekerja disitu. Pulang beberes bentar, lalu jam 3 siang kami berangkat kerumah sakit.

sempat agak sedikit menghebohkan, karena statusnya Hilmi pasien operasi bedah, pas dijelasin kalau mau sunat baru semua lega, mungkin heran kali yaa, mau dioperasi bedah kok masih ceria2 aja hihihi. Jam 5 perawat masuk meminta Hilmi puasa, untung baru aja sudah reload, dan untung juga bukan masanya growth spurt, jadi dia ga terlalu rese kalau lapar.

Jam 7 dipanggil untuk pemasangan infus, disuntik lagi :( ngamuuk donnkk, habis pasang infus udah susah ditenangin karena ga bisa dikasih ASI, jadi dia nangis sampai tertidurrr, sabar yaaa babykuuuu.

Malam ini kami dijadwalkan paling terakhir, ada 3 operasi bedah malam itu, jam 9 kami baru dipanggil  menuju ruang operasi, menunggu sekitar 15 menit, hingga akhirnya Hilmi dibawah masuk sama tante perawat, orangtuanya menunggu diluar. Ikssssssss.

Ga lama kemudian (lupa ngitung waktunya) perawat keluar membawa 'kupasan' kulit kelamin Hilmi, artinya operasi sunat Hilmi telah selesai, tinggal tunggu Hilmi bangun.

Pas Hilmi bangun sekitar jam 10, saya diminta masuk ruang recovery untuk nenangin Hilmi karena sudah ngamuk banget, kesakitan kali yaa? ya iyaaalaaah, dia nangis, ngamuk, susah ditenangin, gendongnya juga jadi serba salah, dan perawat pendamping dari kamar perawatan pun belum datang, jadi Hilmi belum boleh dibawa keluar dari ruang recovery.

Ga lama perawat datang, saya gendong Hilmi kembali ke kamar perawatan, masih dalam kondisi ngamuk, dan setiba dikamar, ternyata infusnya lepas, dan darahnya keluar banyaaaak bangett :( udah ngiluuu banget rasanya hati ini, kasiaaan banget liat dia seperti itu.

Untung setelah dikasih ASI ga lama dia mulai tertidur, walaupun yaaa bentar2 nangis, jadi malam itu indonya pun ga tidur berjaga disamping Hilmi, mana agak merepotkan dengan infusnya jadi tiap dia ngamuk, susah banget ngatur posisi supaya indo nyaman dan Hilmipun juga nyaman.

Paginya, Hilmi udah ceriaaa, sudah ketawa, kadang sih masih nangis, mungkin merasa perih dikit, tapi udah bisa dihandle, yang susah cuma menjaga si selang infus ga dimainin sama baby iniiii.

Alhamdulillah Jumat sudah perbolehkan pulang, perban dibuka sebelum kita pulang dan diresepin salep biar cepat kering. Dan Idul Adha kemarin Hilmi sudah ikut berlebaran, luka sunatnya sudah kering, jadi sudah bisa pakai popok dan celana. Alhamdulillah.

Selama masa seminggu ini, sebenarnya banyak banget pertanyaan dari teman2 kenapa Hilmi kami sunat secepat itu dan apa penyebabnya sehingga Hilmi kami sunat.

Jadi kondisi lubang penis Hilmi yang kecil itu disebut Fimosis, yaitu pelekatan kulup kelamin, sehingga ketika ditarik tidak bisa terbuka sempurna, menurut yang saya baca2, banyak bayi laki-laki yang kena fimosis fisiologis (bawaan lahir) tapi akan merenggang dan normal kembali seiring bertambahnya usia anak, tapiiii jika diikuti dengan kondisi2 seperti penis mengembung ketika buang air, bayi menangis ketika buang air, 'pancuran' kencing tidak bisa diperkirakan, bahkan kadang hanya menetes, sebaiknya sih segera bawa ke dokter.

Sunat memang bukan jalan satu-satunya untuk mengobati fimosis ini, tapi sunat merupakan jalan yang terbaik dan efektif untuk mengatasi fimosis. Tidak usah ragu dengan usia bayi yang masih sangattt kecil, karena semakin cepat ditangani, semakin bagus, ada beberapa kasus dikampung suami, anak usia dibawah 3 tahun sudah kena usus turun, nah ini salah satu penyakit yang akan muncul jika gangguan kencing yang menjadi penyebab fimosis ini tidak segera ditangani.

Awal-awal sih banyak pro-kontra, kontra sebenarnya hanya karena kasian Hilmi masih terlalu kecil kok disunat, tapi berdasarkan pengalaman beberapa teman dan juga menurut kakeknya Hilmi waktu zaman nabi katanya bayi usia 7hari sudah disunat (ntah ini sunnah atau hanya tradisi zaman itu, belum cari info lebih lanjut) dan dibeberapa wilayah malah jadi tradisi juga, makanya makin yakin untuk segera melakukan sunat Hilmi.

Oya, total pembayaran untuk operasi sunat sebesar 9jt 160rban, udah termasuk biaya kamar untuk 2 hari dan obat-obat2an, dan jasa visit dokter, untuk biaya tindakan operasi sebesar 8jtan. Untungnya sih full cover BPJS, asal tidak upgrade kamar. Misal nih yaaa, menurut kelas golongan ambenya Hilmi jatah Hilmi itu kamar kelas 2, jadi jika kami mau upgrade kamar kelas 1 atau VIP, maka biaya tindakan operasinya pun diupgrade, jadi bukan hanya sekedar tambah biaya kamar aja, tapi biaya operasi juga ikut terupgrade.

Jadi kami tetap pilih kelas 2, untungnya dirumah sakit tersebut, untuk kamar kelas 2 tetap ditempati oleh 1 pasien, hanya kamarnya lebih kecil, dan tempat tidur yang didapatpun tidak seempuk kalau pakai VIP hihihi yaa ga masalah sih.

Kami hanya bayar 85rb, karena ada obat yang tidak tertanggung BPJS. Jadi kalau teman-teman nanti punya pengalaman seperti Hilmi dan berniat untuk melakukan operasi sunat, sebaiknya siapkan dulu asuransi untuk mengcover biayanya.

Semoga pengalaman kami bermanfaat yaaaaaaa.


Saturday, September 12, 2015

Prince Hilmi Milih BLW untuk Metode MPASI

Setelah kurang lebih sebulan maraton baca materi MPASI, mencari lebih banyak informasi disetiap metode dan aliran MPASI, indonya Hilmi akhirnya memutuskan untuk memilih metode BLW untuk metode MPASI Hilmi.

BLW atau disingkat Baby-Led Weaning merupakan metode dimana bayi dituntun untuk makan sendiri dimulai dari usia makannya (minimal usia 6 bulan atau 180 hari), dan karena bayi makan sendiri jadi penyajian makanannya bukan bentuk bubur atau puree tapi berupa potongan buah/sayur atau finger food yaitu makanan yang bisa dipegang oleh bayi.

Tertarik banget sih mau liat Hilmi seantusias apa masukin makanan dimulutnya, apakah di hari pertama berhasil? atau hanya jadi mainan? Tapi dari membaca segala informasi tersebut, saya merasa nyaman menggunakan metode ini.

Metode MPASI dibagi 2 metode, yaitu spoonfeeding (bayi disuapi) dan BLW. Nah spoonfeeding ini mengenalkan bayi terhadap makanan dimulai dari tekstur yang mendekati ASI dan perlahan dinaikkan tingkatnya hingga mampu mencerna table food. Beda dengan BLW dimana sang bayi yang baru mulai belajar makan langsung dituntun untuk belajar makan sendiri dengan makanan2 yang sama dengan table food (makanan yang dimakan orang rumah) paling yang membedakan untuk makanan si bayi tanpa gula dan garam hingga berumur 1 tahun kelak.

Pada dasarnya mau pakai metode apapun panduan MPASI yang paling dasar adalah : Bayi sudah siap makan, dan menurut panduan WHO, pencernaan bayi sudah mencapai kesempurnaan untuk mengolah makanan selain ASI diusia 6 bulan atau 180 hari. Selain itu dengan tidak mengenalkan gula dan garam sebelum berusia 1 tahun demi kesehatan ginjalnya.

Dari hasil baca-baca informasi tentang BLW akhirnya saya memilih ini dengan pertimbangan, metode BLW ini meminimalkan anak untuk menjadi Picky Eater! dari Hilmi lahir, neneknya (mertua saya) sudah sering mengulang-ngulang betapa ambenya Hilmi itu picky eater kelas berat ketika kecil dulu, kata mertua masuk 3 suap itu udah syukur banget, itupun pake dikejar-kejar. Nahh ada juga omnya Hilmi (Sepupunya ambenya) yang 'mewarisi' bakat picky eater si kakak sepupunya ini. Jadi terus terang besar sekali kekhawatiran saya Hilmi nanti juga ikut 'mewarisi' bakat kebiasaan jelek tersebut.

Ntahlah yaa bagaimana saya dulu waktu kecil, lupa apakah ibu pernah cerita bahwa saya sang picky eater atau bukan, tapi adek-adek sepupu saya yang lahirnya ketika saya sudah besar dan otomatis saya turut serta dalam proses memberi mereka makan, tidak pernah nemu sepupu saya yang picky eater, semua makannya lahap, dan lagiiii lebih mandiri, karena penjaganya (saya) adalah perempuan pemalas , jadi saya lebih sering membiarkan mereka makan sendiri ketika mereka sudah mahir memegang sendok (sekitar usia 9-10 bulan), ga ada acara suap-suapan lagi, walaupun memang lebih berantakan, tapi mending ngerapiin sisa pertempuran mereka dibanding harus suap-suapan, belum lagi kalau makanan pakai di emuttt, duhhh malesss deh.

Nah berdasarkan dari kebiasaan saya ketika ngurusin adek sepupu saya yang sering dititipin dirumah nenek (dimana saya numpang) karena ibunya adalah working mom dan saya waktu itu adalah pengangguran (duh penting ga sih ngejelasin sedetail ini?:D) nahh Hilmi juga saya mau ajarin mandiri sejak awal, cuma baru ngeh kalau ternyata metode ini bernama BLW dan ternyata lagi bisa dimulai dari 6bulan!

Metode ini sebenarnya bukan metode baru, tapi kebanyakan orang, belum bisa menerima metode ini, apalagi jika hanya melihat, tidak mempelajari apa itu BLW, otomatis sih akan timbul kesan negatif diawal, saya udah nyiapin mental jauh2 hari jika nanti saya ditentang karena menggunakan metode ini, saya udah siapin amunisi jawaban jika dicecar dengan banyak pertanyaan, intinya sih saya siap!

Tapi untuk meminimalkan 'serangan', apalagi saya malas stress dengan proses pemberian makan ini, khan ga asyik banget pas lagi fun2nya melihat Hilmi mengeksplorasi makanannya tiba2 dapat protes dengan kata-kata yang tidak menyenangkan, beberapa hari ketika saya memutuskan akan menggunakan metode ini saya sudah mulai sounding ke orang rumah (saya masih numpang sama mertua dan ipar saya banyak :D) bahwa nanti jika saatnya makan Hilmi makan sendiri, sambil sering ngomong ke Hilmi juga, nanti makannya sendiri yaa nak, dipegang sendiri makanannya dll.

Seminggu sebelum saatnya MPASI pertama, tuan suami juga sudah download beberapa video di youtube bayi2 yang lagi BLWan, dan untungnya beberapa bulan yang lalu sempat ada liputannya tuh di NetTV tentang metode ini, jadi sama suami didownload juga beritanya, dan dengan sengaja diputar aja di laptop pas lagi ngumpul2, paling tidak orang rumah paham bahwa ada metode ini dan sudah banyak yang menggunakannya.

Kalau menurut saya MPASI itu adalah aktivitas yang seharusnya fun, dalam arti ibu dan bayinya merasa nyaman dengan proses ini, jadi mau pakai metode apapun selagi keduanya nyaman, hasilnya pun akan maksimal, jadi jika ditengah jalan saya belok arah jadi metode spoonfeeding itu bukan karena saya tidak konsisten :D tapi bisa jadi selama proses ini ada diantara kami berdua yang mulai nda nyaman, tapi semoga sih konsisten yaaaaaaaaaaaa, yaaa cheating methode 1-2 kali mungkin boleh (hahaha!)

Tapi diliat aja nanti, belum mau membeberkan Hilmi Diarys tentang MPASI hari pertama, dikumpulin dulu diarynya hingga 1 minggu nanti baru setor laporan lagi bagaimana perkembangannya.

Doain Hilmi tidak disinggahi virus GTM yaa selama proses ini, dan semoga ketika nanti Hilmi lulus MPASI, Hilmi sudah lebih pintar makan sendiri, dan keahlian2 yang menjadi kelebihan BLW semakin meningkat. Aamiin.

Friday, September 11, 2015

Peralatan Tempur MPASI ala Prince Hilmi

Haloo haloooo, alhamdulillah Prince Hilmi sudah 6 bulan tanggal 11 ini. Ga kerasa akan melalui salah satu milestone dalam hidupnya. Makan untuk pertama kalinyaaa. huraaaay!!

Alhamdulillah sudah melewati masa 6 bulan yang penuh rintangan, walaupun dalam 6 bulan ini sempat kecolongan sufor, air putih dan terpaksa ngasih obat karena Hilmi sakit, alhamdulillah asupan ASInya insya Allah cukup untuk mengganti 'kesalahan-kesalahan' yang terjadi karena kecerobohan saya. iks :(

Dari bulan lalu sudah heboh persiapan MPASI (sedikit telat sebenarnya, karena ada beberapa ibu malah nyiapin sebelum anaknya lahir), baca2 materi MPASI juga, milah-milih metode yang dirasa nyaman, nyiapin alat tempur, dan lain-lain.

Semakin banyak baca jadinya semakin bingung, semakin banyak list untuk alat tempurnya dan otomatis semakin banyak budget hohoho

Akhirnya sih indonya Hilmi rencananya mau BLWan aja untuk metode MPASInya Hilmi, nanti diceritain terpisah yaaaa.. dan karena memilih BLW, artinya alat tempurnya juga minimalis! horeeee hemaaaaaat :D

So far alat tempurnya Hilmi yang sudah ada dan direncanakan ada

1. Baby Feeding Chair (Belum Beli)
Galau antara mau beli atau ga? butuh banget atau ga? takutnya beli malah ga kepake! Harganya ajegile, ga sesuai dengan isi kantong :D Jadi dari hasil semedi ngubek informasi tentang MPASI ini, ada beberapa ibu memasukkan feeding chair ini sebagai barang yang 'must have'. Kenapa? Karena feeding chair bisa membantu anak jadi lebih disiplin saat makan, ga lari kesana-kemari (duhh jangan sampai deh, saya bukan tipe ibu yang baik yang harus ngejar2 buat ngasih makan anak!), dan lebih mengerti bahwa jika makan itu harus duduk, dan banyaaak manfaat lainnya. Apalagi kalau pakai metode BLW, Feeding Chair ini barang yang HARUS ada. Nah mulailah cari-cari feeding chair yang biasa dipakai, mulai bumboo, booster seat, hingga high chair.
Bumboo, dicoret dari list, harganya mentereng banget :D
Agak tertarik sama Booster seat, harganya juga bersahabat tapi mesti pakai ongkir, beratnya minimal 4 kg, kalau pake ekspedisi swasta, untuk pengiriman ke Palopo malah mahalan ongkir :( tapi kalau pakai ekspedisi negeri, bisalah dapat 1/2 dari harga :D emak irit, ubek2 nemu yang free ongkir, tapi harganya sama saja kalau pakai pos. Udah hampir mau beli, udah nemu toko yang bisa pakai ekpedisi negeri di tokopedia, pas udah tekan tombol beli, jiaaah kebijakan toko mesti beli minimal 5 kg baru bisa pakai ekspedisi tsb. huaaaaa bataaaal deh.
Ditengah galau2 mencari Booster Seat, kepikiran mau pakai high chair aja, karena kayaknya umur pakainya lebih lama, kalau HC bisa dipakai sampai sekitar umur 2 tahun, kalau booster seat sepertinya hanya sampai 1 tahun, karena kayaknya semakin dia bisa merangkak, jalan dan lari, duduk di booster seat bisa jadi seperti dipenjara #lebay, tapi Hilmi gitu sih, terbukti sekarang udah ogah kalau didudukin di bouncernya.
Tapii HC selain harganya mahaaaal, ongkirnya juga lebih mahaaal, karena beratnya kadang kala dihitung volume dan itu mulai dari 8kg. huaaa pucing pala indo!
Jadi untuk sementara diredam dulu keinginan beli HC, sambil kencangin nerima pesanan cake, kali aja rejeki HCnya Hilmi dari situ, atau mudah2an tiba-tiba ada yang sms bilang butuh duit berapa beli HC? #mimpisiangbolong! ataaaau lagiii dapat lungsuran! preloved sebenarnya gpp, malah bersyukur kalau ada, selagi masih bisa dipakai dan warnanya netral (bukan pink! :D)

2. Food Feeder (lapar mata!)

foto from ebay.com
 Sebenarnya kalau pakai metode BLW, food feeder ini nyaris sama sekali tidak dibutuhkan. kenapa? karena metode BLW mengedepannya si baby belajar tekstur, bukan cuma soal rasa, tapi bagaimana bentuknya juga. Plus belajar mengunyah. Nah dengan baby food feeder ini, hasilnya adalah mirip2 juice gitu, jadi buah dimasukin ke cupnya, digigit deh sama bayi, ketelan 'jus'nya dan biasanya tersimpan ampasnya.
Nah beli ini gara-gara iseng ubek2 ebay, dan nemu ini harganya sekitar 18rban sekian2, sudah BPA Free juga. Rencananya nanti mau tetap pakai ini sihhh, buat cemilan atau kalau Hilmi lagi gatal gusi dan pengennya gigit2.

3. Mangkok dan Sendok-Garpu dengan sensor panas (Cocok untuk spoonfeeding method) dan Piring
Foto from Ebay.com
 Waktu pesan ini belum menentukan mau MPASI metode apa. Untuk BLW sebenarnya diawal ga butuh2 banget utensil gini, karena makanannya khan paling ditaroh di tray HC atau kalau belum punya ditaroh dipiring, dan si baby makannya pakai tangan. Tapi karena udah keburu beli ya sudahlahh. Belinya juga di ebay, emakirit bin hemat, kalau beli di ebay khan free ongkir, walaupun nyampenya lama :D

Tapi karena merasa rempong banget kalau potongan buahnya Hilmi ditaroh di mangkok, terlebih karena HC juga belum beli, jadi butuh piring, beli piring biasa sihh, malas beli piring bayi, jadi beli piring dewasa aja yang anti pecah (mudah2an)

4. Talenan 2pcs
foto from Ebay.com
 karena rencana mau misahin talenan untuk makanannya Hilmi, makanya beli ini, lagian talenan dirumah juga sudah dipakai macam2. beli yang tipis aja karena paling cuma dipakai potongin buah dan sayur. Sengaja beli 2 sekalian, yang satu buat motong2 daging/ayam. Beli di ebay jugaaaaa.

5. Pigeon Magmag Training Cup
foto from tokopedia.com
Sedikit galau mau beli training cup ini, mau beli online tapi kok harga plus ongkirnya mayan mahal yaa, maklum lha Palopo itu jauh banget dari ibu kota, jadi ongkirnya agak2 bikin sakit kepala. Mau beli training cup yang ada disini, tapi jarang yang BPA Free. Nah waktu itu sudah hampir beli pigeon magmag ini, eh ternyata di hypermart ada, walaupun harganya naik 30rb dari yang di tokopedia. Ikssss. Pas lagi maju mundur mau beli, eh nemuuu di toko biasa beli bahan kue, dan harganya pun persis sama dengan yang online, malah lebih hemat karena ga pakai ongkir. towel2 tuan suami dan dia bersedia 'uang jajan'nya dia kepake untuk beliin Hilmi MagMag. Asyiiik

7. Buku Penunjang MPASI
foto from www.babyledweaning-indonesia.com
Sebenarnya mau pake metode apapun buku penunjang itu perlu, biar ilmunya semakin bertambah dan kita juga paham plusnya metode yang kita pilih. Karena saya rencana mau milih BLW, jadi beli buku ini, tapi tetap juga baca metode lain sih, sebagai tambahan ilmu juga.

Nah dari list diatas sebenarnya ada beberapa yang diperlukan jika memakai metode BLW sih, misal bibs, sebenarnya punya, tapi belum mau dipakai, eman2 beli karena modelnya kayak tuxedo gitu, tapi karena warnanya putih jadi sayang banget makenya, ntar kotor, hahaha nanti aja kalau Hilmi dah pintar makan dan kita ada rencana makan diluar baru deh dibawa bibsnya. Rencananya nanti Hilmi pakai kaos kutung aja makannya, habis makan tinggal buka baju, lap badan (kalau sarapan sebaiknya sebelum mandi), baru deh pakaian yang rapi hehe, terlebih dari yang saya baca biasanya diawal2 si baby malah lebih tertarik mainin bibsnya dibanding makanannya.

Cuma segini sihh alat tempur Hilmi, enaknya BLWan, ga perlu beli food maker (terlebih ga dapat kado ini :D), ice cubes untuk nyimpen pure, Slow Cooker, Saringan kawat (kalau dan punya food maker biasanya ga butuh), blender/hand blender, jadi berasa hematnya. Pisau dan kukusan pake yang ada dirumah aja, mau beli tapi kayaknya menuh2in dapur aja.

Sekian penjabaran alat tempur MPASI ala Hilmi, silahkan ambil yang baik dan bermanfaat, dan abaikan yang dirasa tidak cocok, tapi please jangan didebat yaaa, setiap orang punya style masing2 dalam pola asuh dan pola makan :D

Doain Hilmi sukses MPASI yaaaaa

Thursday, September 03, 2015

Prince Hilmiku Lagi Sakit

Seminggu kemarin, kami sedang diberi cobaan kecil oleh Allah, Prince Hilmi kesayangan lagi sakit, duhhh sedih banget liat dia seperti itu.

Awalnya sejak bulan lalu, saya sering menemukan bercak kemerahan di liner Hilmi, awalnya saya pikir karena warna kencing Prince Hilmi saja yang agak pekat, dan mungkin karena dia kurang minum, karena masa-masa itu Prince Hilmi kalau lagi sesi breastfeeding selalunya main-main aja, jadi takutnya ASInya kurang sehingga dia kurang cairan. Ini analisa abal-abal saya.

Tapiii ketika Prince Hilmi dalam fase Growth Spurt, dimana intensitas breastfeedingnya lebih sering dari biasa, si bercak ini tetap muncul, bertanya-tanyalah saya, ini kenapa yaaa? dari hasil googling baca ada yang bilang karena reaksi alergi, ada juga yang bilang karena kalsium yang tidak terserap dengan baik, dan dasar saya bukan tipe ibu yang baik (maafin ya, nak!) saya percaya2 aja tanpa ngecek lebih lanjut.

Kenapa dengan mudahnya saya percaya? karenaaa sejak melahirkan, alergi saya kambuh, dan hingga sekarang saya ga ngerti saya alergi apa, karena sudah berkali-kali ke dokter mereka hanya menebak mungkin alergi udara, karena saya sudah diet makanan yang diyakini sebagai penyebab alergi tapi alerginya tetap muncul, dan hingga sekarang belum sempat test alergi jadi yaa masih bertanya-tanya juga saya alergi apa. Nah saya percaya banget besar kemungkinan Prince Hilmi juga sedikit banyak terkena imbas alergi dari indonya, jadi ketika baca artikel tersebut saya menerimanya mentah-mentah.

Lalu kemudian setiap malam ada beberapa kali Prince Hilmi kebangun dari tidur dan langsung nangis, di kasih ASI menolak, saya pikir mungkin merasa ga enak dileher, karena kadang2 nafasnya masih ngrok2, jadi dengan sigapnya saya olesin transpulmin dileher dan punggungnya, dan kemudian dia lanjut tidur. Hingga beberapa hari yang lalu (jumat, 28 Agustus) tiba-tiba aja tangannya penuh bintik2 merah, nah kali ini saya sih ga mau asal lagi, langsung saya boyong ke DSA.

Nah karena mumpung lagi di dokter, jadi saya sampaikan semua keluhan tentang Prince Hilmi, untuk bintik2 kemerahan itu kata DSAnya mungkin hanya karena cuaca aja, jadi muncul seperti biang keringat, diperiksa ga masalah, lalu saya sampaikan perihal bercak yang ada di liner/pospaknya Prince Hilmi dan kebetulan pas dibuka, bercak itu ada permukaan pospaknya.

Segera diperiksa penisnya, tidak ada lecet, tapi ternyata lubang kencingnya prince Hilmi agak kecil dan menguncup, hal ini bisa jadi menghambat keluarnya kencing prince Hilmi sehingga jadi susah dikeluarkan, ini sih analisa DSA, jadi malam itu diresepkan obat anti infeksi dan vitamin, dan juga disarankan untuk segera sirkumsisi (sunat), karena kondisi lubang kencing yang kecil itu. Semakin cepat semakin baik karena prince Hilmi semakin besar, kencing semakin banyak, tapi lubang tetap begitu, sehingga akan menyulitkan. Kami disarankan untuk ke Rumah Sakit, karena sirkumsisi pada bayi sebaiknya dilakukan oleh dokter bedah.

Pulang kerumah, kami lebih perhatian pada kondisi penis prince Hilmi, malam itu kami lepas clodi, jadi dia tidur hanya memakai celana. Clodi dilepas jam setengah 9, setiap prince Hilmi bangun nangis, kami melihat kondisi penisnya dalam keadaan siap buang air kecil, tapi tidak keluar, terjawablah sudah kenapa beberapa malam itu dia sering nangis ketika tidur, kami pikir karena merasa ga enak dengan lendirnya ternyata dia mau buang air kecil tapi susah keluar.

Dari hasil ngeronda malam itu, baru ketahuan Hilmi ini buang air kecilnya kalau malam irittt benerrr, sejak buka clodi setengah 9 itu, dia baru buang air jam 2 dini hari, padahal malam itu dia minum ASInya cukup banyak, setelah itu baru buang air lagi jam 6 pagi. Baru deh nyadar banget kalau prince Hilmi ini agak kesiksa sama kencingnya :(

Selama ngejagain kencingnya 2 kali itu, kami tidak menemukan ada bercak dicelananya, heran aja kalau pakai pospak dan clodi kok ada yaaaaa.
Besoknya (sabtu) dipakaiin pospak lagi karena kami berencana ke puskesmas untuk minta rujukan ke RS, pas diperiksa sama dokter umum puskesmas, ada lagi lhoo bercaknya, tapi karena pikirnya kami masih mengkonsumsi obat, jadi ke RSnya sekalian senin aja.

Senin ke RS, DSAnya ga ada, dirujuk ke RSU, tapi karena udah jam 11, kami memutuskan sekalian besok aja, poli anak di RSU tutup jam 12 siang, perjalanan dari rumah ke RSU sekitar 30 menit, takutttnya sih sampai sana poli udah tutup, khan kasian prince Hilmi jika naik motor sejauh itu tapi ga ketemu dokter.

Besoknya pagi2 ke RSU, nyampe sana urus administrasi BPJS, trus nunggu deh karena DSAnya blm datang, pas DSA datang, diperiksa, DSAnya juga mengiyakan kalau lubang penis prince Hilmi kecil, tapi belum ngasih solusi, beliau masih mau test urine dulu baru bisa memastikan diagnosa. Kami lalu diminta ke lab tapi karena bayi ini belum tentu mau buang air jadi kami juga dikasih pengantar untuk bawa test urinenya ke prodia dekat rumah, biar ga kelamaan urinenya dijalan, jangan sampai terpapar bakteri selama proses pengantaran itu.

Kami di lab dari jam setengah 12 hingga jam 12, dan prince Hilmi tidak juga buang air kecil, akhirnya kami pulang, nyampe rumah, cek pospak masih bersih, belum ada kencing sama sekali, dimulai deh menantikan urinenya, sempat keluar setetes ketika di mau buang air besar, tapi masa cuma masukin ke tempat sampe setetes sih, akhirnya nungguin lagi, kasih ASI banyak2 biar pipis.

Daaaan ternyata dia baru pipis jam setengah 6, fiufff tegang banget nungguinnya, itupun hasilnya dikittt banget, tapi karena udah nunggu setengah harian langsung cus ke prodia. Pihak prodia sih awalnya nolak sampel yang sangat sedikit itu, tapi mereka mengusahakan. setengah jam sebelum hasil diambil, pihak prodia nelpon, ngasih informasi kalau sampel yang kami bawa tadi sore ga valid, hasilnya error dan meminta kami bawa sampel baru lagi besok pagi.

Besok paginya, menjelang prodia buka, saya sudah standby lagi mo nampung urinenya prince Hilmi, tepat 7.45 dia pipissss, ditampung, ada sekitar 10 ml, lumayaaaan, tuan suami langsung mandi, jam 8 baru deh bawa ke prodia. Pagi itu tuan suami ke kantor dulu bentar sambil nunggu hasil, begitu hasil keluar kami kembali ke RSU.

Dari hasil test urine tidak terdapat darah pada kencing prince Hilmi, jadi bercak itu apa yaaa? cuma ada bakteri, nah berapa bakterinya tidak tertera dalam hasil test itu, dan dokter juga tidak bisa memastikan apakah bakteri itu bakteri yang memang ada dalam tubuh prince Hilmi atau hasil paparan udara atau kulit ketika sampel dibawa ke lab, tapi melihat kondisi prince Hilmi yang susah buang air kecil, kadangkala suhu tubuh meningkat tapi tidak disertai bapil, yaa bisa jadi kena ISK (Infeksi Saluran Kemih).

DSAnya meresepkan obat anti infeksi (lagi) dan antibiotik, lalu meminta kami kembali kontrol 1-2 minggu lagi, DSA sih nyaranin untuk sirkumsisi (sama dengan saran DSA yang sebelumnya) karena melihat lubang kencing prince Hilmi yang kecil, jadi katanya nanti pas kami kontrol, sekalian dirujuk ke dokter bedah untuk konsul juga.

Yaaa bagaimana nanti saja, tapi setelah kami searching tentang sunat bayi, sepertinya pilihan sunat ini akan kami ambil. Sekarang fokus penyembuhan prince Hilmi duluuuu, moga baby bala-balakuu cepat sehat, ceria lagiii dan bisa main lagiii. Aamiin.