Sejak saya rilis usaha-usaha promil saya beberapa waktu yang lalu banyak yang tertarik dengan salah satu metode promil yang saya jalankan yaitu hypnofertility. Metode ini saya dapatkan hasil dari browsing-browsing dibeberapa forum kehamilan, dan melihat beberapa testimoni keberhasilan beberapa pasangan yang menjalankan metode ini. Akhirnya sayapun mencari tahu, apa sebenarnya metode terapi hypnofertility ini.
Metode ini hampir sama dengan metode hypnotherapy lainnya, yaitu memakai kekuatan pikiran untuk menuntun kita mencapai tujuan tertentu, nah di hypnofertility ini tujuannya adalah agar pertemuan sel sperma dan sel telur membuahkan hasil, dengan cara melatih kekuatan pikiran mengirimkan signal positif melalui sugesti agar pertemuan tersebut membuahkan hasil.
Jika browsing mp3 hypnofertility ini akan banyaaaak sekali, ada yang isinya hanya musik relaksasi, ada juga yang lengkap dengan panduan suaranya, ada yang menggunakan bahasa inggris ada pula yang menggunakan bahasa indonesia, intinya kita dipandu untuk relaks dan menggiring pikiran kita untuk mengirimkan signal ke sel pembuahaan kita agar ketika nanti terjadi pertemuan akan membuahkan hasil.
Sebagaimana terapi menggunakan kekuatan pikiran dan sugesti, perlu diketahui terapi ini bukan merupakan terapi yang instan, jangan berharap hanya mendengarkan sekali dua kali lali berharap berhasil, semua tergantung dengan kondisi pasangan ketika menjalankan terapi ini, apakah memang betul-betul relaks, karena ga semua orang dengan mudah di hypnosis, apalagi jika hanya mengandalkan bantuan mp3 aja, ada beberapa orang membutuhkan terapis untuk menjalankan proses terapi ini.
Saya sendiri menjalankan terapi ini bersama suami selama kurang lebih 1 bulan, kami menjalankan sendiri dengan hanya mendengar mp3 hypnofertility ini ketika kami lagi senggang agar konsentrasi kami lebih terarah. Saya akan cerita sedikit kronologisnya yaaa.. Jadi bulan april tahun lalu ketika saya memeriksakan diri ke dokter karena 2 bulan tidak kunjung haid, saya kemudian dijadwalkan untuk kembali ketika saya haid hari pertama, maka ketika konsul itu saya diberi peluruh haid agar segera bisa dijadwalkan promil, 2 minggu kemudian saya kembali dan dikasih obat kesuburan (untuk saya konsumsi) dan vitamin untuk saya dan suami. Obat kesuburannya itu hanya dikasih 5 butir sesuai dengan hitungan dokter saya dijadwalkan kalau bisa berhubungan suami istri pada tanggal yang telah dijadwalkan, katanya pada tanggal tersebut menjadi puncak masa subur saya sehingga proses pembuahan bisa maksimal.
Tapiiii ternyata pada tanggal yang dijadwalkan saya malah berpisah kota dengan suami karena waktu itu tante saya meninggal dan saya harus berada di Makassar selama beberapa hari, kami hanya dapat hari terakhir dari tanggal yang ditetapkan itupun mungkin karena kondisi saya kurang stabil, bulan berikutnya saya tetap haid, ini berarti promil saya menggunakan obat kesuburan tersebut gagal.
Bulan Mei ketika saya haid itulah dari hasil browsing saya nemu metode ini, saya pelajari dan saya dengar beberapa mp3, lalu saya pun mengajak suami untuk turut mendengarkan agar hasilnya nanti lebih maksimal.
Kamipun mulai mendengarkan terapi ini tiap malam dan selalu sukses tertidur ketika mendengarkan hahahaha tapi besok paginya kami bangun dalam keadaan segar, dan ketika kami berhubungan pun rasanya lebih relaks, komunikasi ketika melakukan hubungan juga penting yaaaa, intinya saling support, saya support suami agar 'tembakan'nya bisa tepat sasaran, dan suamipun mensupport saya agar ketika saya menerima 'tembakan' tersebut saya lebih relaks sehingga penyatuannya berhasil.
Alhamdulillah kami hanya butuh waktu sebulan menjalani terapi ini secara rutin sampai akhirnya awal Juli ketika saya testpack saya mendapatkan kabar bahagia dengan melihat 2 garis yang walaupun waktu itu masih sangat samar, itu artinya usaha kami membuahkan hasil.
Tapi seperti yang sudah saya ungkapkan diatas bahwa lama menjalankan terapi ini tidak akan sama pada semua orang, bisa jadi lebih cepat bisa jadi lebih lama, akan banyak hal yang mempengaruhi, untuk itu saya menyampaikan kepada teman-teman yang menjalankan terapi ini dan merasa belum membuahkan hasil, bersabarlah, dan intropeksi metodenya, seperti seberapa intens terapi ini dijalankan? Apakah dijalankan berdua bersama pasangan atau hanya satu pihak saja? Apakah komunikasi ketika berhubungan dengan pasangan lancar? Dan terakhir karena ini adalah terapi sugesti, apakah anda dan pasangan percaya sama terapi ini?
Menurut saya poin terakhir ini sangat penting, kita harus percaya dan yakin bahwa terapi ini bisa membuat kita hamil, dengan rasa percaya akan mempercepat proses sugesti ini. Selain itu tetap kekuatan doa itu nomer satu, anak adalah rejeki dariNya, jadi kepadaNya lah tempat kita memohon, terapi-terapi yang kita jalankan merupakan usaha pendamping, jangan jsdi kebalik yaaaa, doanya yang jadi pendamping :)
Rajin-rajin searching info promil, dibeberapa forum kehamilan sering banget kok dibahas beberapa metode yang tokcer, dicoba saja semua, sandingkan beberapa metode kali aja salah satu dari metode promil tersebut adalah pintu rejeki buat kita.
Buat para calon orangtua yang mendambakan buah hati, jangan putus semangat untuk mencoba yaaaa, masa menunggu hadirnya buah hati memang merupakan masa yang menguras emosi dan energi, tetap tanamkan semangat dalam diri, dan jaga emosi agar tetap stabil, semoga penantiannya segera berakhir dengan hadirnya sang buah hati :)
Wednesday, February 25, 2015
Tuesday, February 24, 2015
Akhir Trimester Ketiga
Alhamdulillah sudah masuk fase dimana si baby siap lahir kapan saja. Saat ini usia kandungan memasuki minggu ke 37, moga dimudahkan segala prosesnya, ibu dan debaynya dalam keadaan sehat. Aamiin.
Sebenarnya memasuki usia kandungan segini belum menyiapkan segala perlengkapan sih, beberapa perlengkapan bayi sih udah siap, nah tinggal perlengkapan ibunya aja nih yang masih belum ada.
Dokumen2 seperti fc KTP, fc kartu BPJS, dan fc KK baru nyiapin tadi, itupun gegera semalam dan subuh tadi saya merasakan kontraksi yang agak lama durasinya dari biasanya, efek makan durian nih semalam, jadi deg-deg apakah ini sudah waktunya? Cerita ke adik, disuruh segera periksa, kali aja sudah ada pembukaan, tapi saya masih nunggu dulu, kalau rasa nyerinya kembali datang, saya akan segera berangkat. Dan alhamdulillah hingga saat ini, kontraksinya udah ga muncul lagi.
Selain belum siap, saya sebenarnya merasa ini masih terlalu dini jika memang harus melahirkan sekarang, walaupun jika menurut beberapa artikel usia kandungan segini si debay sudah siap lahir, keponakan saya pun lahir dengan usia kandungan 37 minggu, alhamdulillah lahirnya sehat dan beratnya lrbih dari 3 kg.
Nahh si baby dalam perut saya ketika saya kontrol minggu lalu beratnya masih 2,5kg, nah jika pertambahannya mencapai 250gr perminggu, berarti masih sekitar 2,7an, masih kecil kali ya? Walaupun kata orang2 diatas 2,5kg itu udah normal, ntar kena angin dan ASI yang cukup juga pasti bakal besar hehehehe tapi intinya sih saya mungkin blm siap mental hahaha
Alhamdulillah sejak uk.31 minggu, posisi debaynya sudah stabil dan ga sungsang lagi, padahal ketika uk. 27 minggu masih sungsang posisinya, sama dokter saya disarankan banyak2 sujud dengan posisi kepala dan dada menempel dilantai/kasur. Ada juga yang menyarankan banyakin ngepel jongkok, dicoba aja semua saran yang dikasih sama orangtua, insyaAllah semua sarannya baik kok.
Jalan pagi juga bagus agar miss V lebih elastis dan melatih pernafasan kita, ganti jalan pagi dengan jalan2 di mall juga bisa hihihi asal bisa kontrol diri yaa, kalau capek yaa istirahat, jangan memaksakan diri.
Nah usia kehamilan 35 minggu katanya si baby sudah masuk panggul untuk menuju jalan lahir, jika debaynya belum masuk panggul, ga usah khawatir, banyak latihan-latihan yang bisa dijalani kok, seperti yoga, naik turun tangga, goyang ngebor (posisi bungkuk dengan tangan bertumpu didepan, lalu pinggul digoyang kiri dan kanan dengan perlahan) bisa dengan duduk bersila, dan pinggul goyang kiri kanan, semua latihan2 ini agar proses lahirannya lancar.
Minggu2 akhir ini sama adik saya, saya sudah disarankan sering-sering melakukan induksi alami seperti stimulasi puting, berhubungan suami istri, dan melakukan beberapa pijatan ringan, karena kalau sampai mesti diinduksi pakai obat ketika saatnya nanti katanya sakitbya luar biasa, nah biar ntar lahirannya lancar, ga ada salahnya mulai dengan metode induksi alami ini.
Moga saya selalu diberi kesehatan menjalani akhir proses kehamilan saya yang pertama ini, dan buah hati kami bisa lahir dengan lancar, sehat, dan sempurna. Aamiin.
Doain yaaaa
Sebenarnya memasuki usia kandungan segini belum menyiapkan segala perlengkapan sih, beberapa perlengkapan bayi sih udah siap, nah tinggal perlengkapan ibunya aja nih yang masih belum ada.
Dokumen2 seperti fc KTP, fc kartu BPJS, dan fc KK baru nyiapin tadi, itupun gegera semalam dan subuh tadi saya merasakan kontraksi yang agak lama durasinya dari biasanya, efek makan durian nih semalam, jadi deg-deg apakah ini sudah waktunya? Cerita ke adik, disuruh segera periksa, kali aja sudah ada pembukaan, tapi saya masih nunggu dulu, kalau rasa nyerinya kembali datang, saya akan segera berangkat. Dan alhamdulillah hingga saat ini, kontraksinya udah ga muncul lagi.
Selain belum siap, saya sebenarnya merasa ini masih terlalu dini jika memang harus melahirkan sekarang, walaupun jika menurut beberapa artikel usia kandungan segini si debay sudah siap lahir, keponakan saya pun lahir dengan usia kandungan 37 minggu, alhamdulillah lahirnya sehat dan beratnya lrbih dari 3 kg.
Nahh si baby dalam perut saya ketika saya kontrol minggu lalu beratnya masih 2,5kg, nah jika pertambahannya mencapai 250gr perminggu, berarti masih sekitar 2,7an, masih kecil kali ya? Walaupun kata orang2 diatas 2,5kg itu udah normal, ntar kena angin dan ASI yang cukup juga pasti bakal besar hehehehe tapi intinya sih saya mungkin blm siap mental hahaha
Alhamdulillah sejak uk.31 minggu, posisi debaynya sudah stabil dan ga sungsang lagi, padahal ketika uk. 27 minggu masih sungsang posisinya, sama dokter saya disarankan banyak2 sujud dengan posisi kepala dan dada menempel dilantai/kasur. Ada juga yang menyarankan banyakin ngepel jongkok, dicoba aja semua saran yang dikasih sama orangtua, insyaAllah semua sarannya baik kok.
Jalan pagi juga bagus agar miss V lebih elastis dan melatih pernafasan kita, ganti jalan pagi dengan jalan2 di mall juga bisa hihihi asal bisa kontrol diri yaa, kalau capek yaa istirahat, jangan memaksakan diri.
Nah usia kehamilan 35 minggu katanya si baby sudah masuk panggul untuk menuju jalan lahir, jika debaynya belum masuk panggul, ga usah khawatir, banyak latihan-latihan yang bisa dijalani kok, seperti yoga, naik turun tangga, goyang ngebor (posisi bungkuk dengan tangan bertumpu didepan, lalu pinggul digoyang kiri dan kanan dengan perlahan) bisa dengan duduk bersila, dan pinggul goyang kiri kanan, semua latihan2 ini agar proses lahirannya lancar.
Minggu2 akhir ini sama adik saya, saya sudah disarankan sering-sering melakukan induksi alami seperti stimulasi puting, berhubungan suami istri, dan melakukan beberapa pijatan ringan, karena kalau sampai mesti diinduksi pakai obat ketika saatnya nanti katanya sakitbya luar biasa, nah biar ntar lahirannya lancar, ga ada salahnya mulai dengan metode induksi alami ini.
Moga saya selalu diberi kesehatan menjalani akhir proses kehamilan saya yang pertama ini, dan buah hati kami bisa lahir dengan lancar, sehat, dan sempurna. Aamiin.
Doain yaaaa
Monday, November 03, 2014
Welcome 21 weeks
Alhamdulillah, usia kehamilan sudah sampai diusia ini, moga sehat terus hingga waktunya lahiran kelak, dimudahkan prosesnya dan dilancarkan segalanya. Aamiin.
Terakhir check-up 2 minggu lalu, jenis kelamin bayinya sudah keliatan, Insya Allah yang lagi menunggu waktu launching diperut ini berjenis kelamin laki-laki. Doa ibu bapaknya terkabul nih :) Bapaknya pengen anak pertamanya laki-laki karena diharapkan nanti si kakak ini yang akan menganyomi adek-adeknya, dan untuk sementara menjadikan ibunya bidadari tercantik diantara 2 lelaki ganteng, hihihi
Nah alasan ibunya lain lagi, sebagai anak pertama yang lahir dengan jenis kelamin perempuan, ada masa dimana dulu saya sangat mendambakan sosok seorang kakak laki-laki, maka dari itu harapannya sih anak-anakku setelah ini jika diberi rejeki berjenis kelamin perempuan, dia cukup senang karena punya kakak laki-laki yang akan menjaganya. :)
Waktu check-up 2 minggu lalu, berat badan saya masih stabil, malah cenderung turun, walaupun turunnya juga ga banyak, sampai-sampai diberi vitamin penambah nafsu makan sama bu bidan, yang hingga sekarang belum juga saya minum hihihi karena berdasarkan pemeriksaan terakhir, alhamdulillah berat janin berkembang sesuai dengan usia kehamilannya.
Mungkin nanti jika saya mulai susah makan, baru deh minum vitamin tersebut, makan sih biasa aja, tapi beda aja dari biasa, dulunya makan mesti nambah, sekarang ga pakai nambah, porsinya pun agak dikit, soalnya perut rasanya agak penuh.
Untuk nama si baby boy sang jagoanku kelak ini terus terang saya dan tuan belum nemu, padahal udah download daftar nama-nama yang bagus, tapi masih bingung, ternyata menentukan nama bayi itu susah, karena menyangkut doa yang mengikuti dia seumur hidupnya.
Jadwal tidur masih kacau, kadang tidur jam 8 malam, kebangun jam 11, habis itu ga akan bisa tidur sampai subuh, tapi kalau pagi, duhh tidurnya ampun, sampe sering ditegur sama ibu kalau pas beliau nelpon dan sayanya lagi asyik tidur :D. Aktivitas si bumil ini masih moody, kalau ada yang mau pesan kue ya diterima, tapi tidak menerima dadakan, karena berdiri lama-lama didapur masih menyisakan rasa lelah yang luar biasa bagi saya, mungkin karena jarang beraktivitas, jadi sekalinya beraktivitas dikit, langsung tepar.
Perut belum terlalu gede, malah masih dikira ga hamil, soalnya belum keliatan perubahannya, perutnya masih seperti perut sebelum hamil, yang memang agak buncit hahaha makanya ga kentara kalau si perut buncit ini sudah berisi. Kata dokter juga gitu, biasanya nanti memasuki bulan ke 6 baru deh keliatan.
Semoga semua berjalan lancar, bayinya lahir sehat, ibunya melahirkan dengan mudah dan sehat. Aamiin.
Terakhir check-up 2 minggu lalu, jenis kelamin bayinya sudah keliatan, Insya Allah yang lagi menunggu waktu launching diperut ini berjenis kelamin laki-laki. Doa ibu bapaknya terkabul nih :) Bapaknya pengen anak pertamanya laki-laki karena diharapkan nanti si kakak ini yang akan menganyomi adek-adeknya, dan untuk sementara menjadikan ibunya bidadari tercantik diantara 2 lelaki ganteng, hihihi
Nah alasan ibunya lain lagi, sebagai anak pertama yang lahir dengan jenis kelamin perempuan, ada masa dimana dulu saya sangat mendambakan sosok seorang kakak laki-laki, maka dari itu harapannya sih anak-anakku setelah ini jika diberi rejeki berjenis kelamin perempuan, dia cukup senang karena punya kakak laki-laki yang akan menjaganya. :)
Waktu check-up 2 minggu lalu, berat badan saya masih stabil, malah cenderung turun, walaupun turunnya juga ga banyak, sampai-sampai diberi vitamin penambah nafsu makan sama bu bidan, yang hingga sekarang belum juga saya minum hihihi karena berdasarkan pemeriksaan terakhir, alhamdulillah berat janin berkembang sesuai dengan usia kehamilannya.
Mungkin nanti jika saya mulai susah makan, baru deh minum vitamin tersebut, makan sih biasa aja, tapi beda aja dari biasa, dulunya makan mesti nambah, sekarang ga pakai nambah, porsinya pun agak dikit, soalnya perut rasanya agak penuh.
Untuk nama si baby boy sang jagoanku kelak ini terus terang saya dan tuan belum nemu, padahal udah download daftar nama-nama yang bagus, tapi masih bingung, ternyata menentukan nama bayi itu susah, karena menyangkut doa yang mengikuti dia seumur hidupnya.
Jadwal tidur masih kacau, kadang tidur jam 8 malam, kebangun jam 11, habis itu ga akan bisa tidur sampai subuh, tapi kalau pagi, duhh tidurnya ampun, sampe sering ditegur sama ibu kalau pas beliau nelpon dan sayanya lagi asyik tidur :D. Aktivitas si bumil ini masih moody, kalau ada yang mau pesan kue ya diterima, tapi tidak menerima dadakan, karena berdiri lama-lama didapur masih menyisakan rasa lelah yang luar biasa bagi saya, mungkin karena jarang beraktivitas, jadi sekalinya beraktivitas dikit, langsung tepar.
Perut belum terlalu gede, malah masih dikira ga hamil, soalnya belum keliatan perubahannya, perutnya masih seperti perut sebelum hamil, yang memang agak buncit hahaha makanya ga kentara kalau si perut buncit ini sudah berisi. Kata dokter juga gitu, biasanya nanti memasuki bulan ke 6 baru deh keliatan.
Semoga semua berjalan lancar, bayinya lahir sehat, ibunya melahirkan dengan mudah dan sehat. Aamiin.
Friday, September 05, 2014
Welcome 12 Week #CeritaHamil
Assalamu'alaikum anakku sayang, kini usiamu diperut ibu sudah 12 minggu 3 hari, sehat terus yaaa sayang, dan tumbuhlah jadi anak yang sholeh/sholehah, pinter, cerdas, berbakti pada orangtua, rajin ibadah, dan semuaa yang baik melekat padamu.
Hari ini sungguh excited ketemu calon baby, dua hari kemarin sempat demam, disaranin npsegera ke dokter biar segera ketahuan kalau ada apa-apa, alhamdulillah sih semua sehat, mungkin ibunya aja kali yaa yang kurang vitamin, jadi gampang tepar, padahal juga ga ngapa-ngapain kecuali begadang hihihi
Sebenarnya udah disaranin kontrol pas demam hari pertama, tapi dalam kondisi demam malas banget tuh duduk lama ngantri nunggu, mana kalau ke dsog, ngantrinya duhh 2-3 jam minimal. Udah males duluan. Hari kedua masih demam, ya sudahlah minta tolong tuan daftarin antrian, cuma kali ini saya mau nyoba kembali ke dsog (kita sebut dr. HR) tempat saya periksa pas masih promil, ternyata untuk hari itupun udah full, jadi harus daftar untuk besok (hari ini).
Oya, dulu waktu promil memang saya ke dsog yang saya datangin tadi ini, nah pas positif sih saya pindah ke dsog lain (kita sebut dr. JR), waktu itu pertimbangannya, pertama kita khan mau pakai askes tuh melahirkan nanti, jadi kita langsung ke praktek dr. JR yang nanganin di Rumah Sakit itu, pertimbangan lainnya obat di dr. JR ditebus diapotik diluar lokasi praktek, jadi sebenarnya si obat bisa ga ditebus semua. Sementara di dr. HR, karena tempat praktek beliau satu lokasi dengan Rumah Bersalin milik orangtuanya (ibunya si dokter ini bidan dulunya), biaya konsultasi sekalian sama penebusan obat, dan saya pernah tekor gegara ga bawa cash yang cukup hihihi ga mau malu dua kali sih sebenarnya.
Tapi suasana kontrol di dr. HR ini lebih nyaman menurut saya, ruang kontrolnya tidak sebesar milik dr. JR sih, tapi ini malah yang bikin nyaman, bebas, habis USG langsung konsultasi. Kalau di dr. JR, masuk ruangan konsul langsung 3 pasien, di USG satu2 diruangan terpisah, lalu antri lagi nunggu konsultasi. Duh keroyokan ya? belum lagi kalau salah satu pasien yang seruangan dengan kita ada yang pasang KB, lamaaaa.
Biaya konsul di dr. JR dan dr. HR sebenarnya lebih murah dr. HR, mana USGnya lebih canggih dr. HR sih, hasil USGnya lebih nyataaa, duhh saya tadi sampai sumrigah sendiri, membuncah perasaannya liat si debay dengan ukuran yang lebih besar.
Ini dia, si mungil yang membuat hati ibu membuncah, ngeliatnya rasa lebih nyataaa, duhh saya sampai manggil2 tuan, histeris sendiri, padahal ya tuan bisa liat kali dari monitor wkwkwk
Nah dicetakin juga versi yang ini, pas dimonitor ini warnanya beneran nyata, cokelat kemerah-merahan, lebih nyata lihatnya. Duhh semakin bahagia rasanya. Dan karena saya bilang vitamin saya dari dokter sebelumnya juga masih ada, jadi tadi saya cuma dikenakan biaya konsultasi aja. Makin bahagia, ga jadi pusing 7keliling hihihi.
Perkiraan usia kehamilan berdasar dari USG kedua dokter ini juga beda, dr. JR, hari ini baru masuk UK 12W, nah di dr. HR tadi UKnya lebih 3 hari, jadi sekarang udah 12W3D, kata adek saya sih tiap mesin USG itu biasanya beda-beda, tapi jaraknya juga ga akan jauh2 dari itu. Yang penting sih calon bayinya ibu sehaaat yaaa?
Tadi habis diskusi sama tuan, saya milih lanjut di dr. HR aja, persoalan nanti pas mau melahirkannya kemana, yaa diliat nanti aja, pilih yang nyaman dulu deh kontrolnya.
Hari ini sungguh excited ketemu calon baby, dua hari kemarin sempat demam, disaranin npsegera ke dokter biar segera ketahuan kalau ada apa-apa, alhamdulillah sih semua sehat, mungkin ibunya aja kali yaa yang kurang vitamin, jadi gampang tepar, padahal juga ga ngapa-ngapain kecuali begadang hihihi
Sebenarnya udah disaranin kontrol pas demam hari pertama, tapi dalam kondisi demam malas banget tuh duduk lama ngantri nunggu, mana kalau ke dsog, ngantrinya duhh 2-3 jam minimal. Udah males duluan. Hari kedua masih demam, ya sudahlah minta tolong tuan daftarin antrian, cuma kali ini saya mau nyoba kembali ke dsog (kita sebut dr. HR) tempat saya periksa pas masih promil, ternyata untuk hari itupun udah full, jadi harus daftar untuk besok (hari ini).
Oya, dulu waktu promil memang saya ke dsog yang saya datangin tadi ini, nah pas positif sih saya pindah ke dsog lain (kita sebut dr. JR), waktu itu pertimbangannya, pertama kita khan mau pakai askes tuh melahirkan nanti, jadi kita langsung ke praktek dr. JR yang nanganin di Rumah Sakit itu, pertimbangan lainnya obat di dr. JR ditebus diapotik diluar lokasi praktek, jadi sebenarnya si obat bisa ga ditebus semua. Sementara di dr. HR, karena tempat praktek beliau satu lokasi dengan Rumah Bersalin milik orangtuanya (ibunya si dokter ini bidan dulunya), biaya konsultasi sekalian sama penebusan obat, dan saya pernah tekor gegara ga bawa cash yang cukup hihihi ga mau malu dua kali sih sebenarnya.
Tapi suasana kontrol di dr. HR ini lebih nyaman menurut saya, ruang kontrolnya tidak sebesar milik dr. JR sih, tapi ini malah yang bikin nyaman, bebas, habis USG langsung konsultasi. Kalau di dr. JR, masuk ruangan konsul langsung 3 pasien, di USG satu2 diruangan terpisah, lalu antri lagi nunggu konsultasi. Duh keroyokan ya? belum lagi kalau salah satu pasien yang seruangan dengan kita ada yang pasang KB, lamaaaa.
Biaya konsul di dr. JR dan dr. HR sebenarnya lebih murah dr. HR, mana USGnya lebih canggih dr. HR sih, hasil USGnya lebih nyataaa, duhh saya tadi sampai sumrigah sendiri, membuncah perasaannya liat si debay dengan ukuran yang lebih besar.
Ini dia, si mungil yang membuat hati ibu membuncah, ngeliatnya rasa lebih nyataaa, duhh saya sampai manggil2 tuan, histeris sendiri, padahal ya tuan bisa liat kali dari monitor wkwkwk
Nah dicetakin juga versi yang ini, pas dimonitor ini warnanya beneran nyata, cokelat kemerah-merahan, lebih nyata lihatnya. Duhh semakin bahagia rasanya. Dan karena saya bilang vitamin saya dari dokter sebelumnya juga masih ada, jadi tadi saya cuma dikenakan biaya konsultasi aja. Makin bahagia, ga jadi pusing 7keliling hihihi.
Perkiraan usia kehamilan berdasar dari USG kedua dokter ini juga beda, dr. JR, hari ini baru masuk UK 12W, nah di dr. HR tadi UKnya lebih 3 hari, jadi sekarang udah 12W3D, kata adek saya sih tiap mesin USG itu biasanya beda-beda, tapi jaraknya juga ga akan jauh2 dari itu. Yang penting sih calon bayinya ibu sehaaat yaaa?
Tadi habis diskusi sama tuan, saya milih lanjut di dr. HR aja, persoalan nanti pas mau melahirkannya kemana, yaa diliat nanti aja, pilih yang nyaman dulu deh kontrolnya.
Wednesday, September 03, 2014
Dilema, haruskah kembali kerja?
Waktu memilih resign beberapa tahun lalu dari kantor terakhir, saya statusnya belum nikah, masih jomblo pula, tapi harapannya resign, bangun dan mengembangkan bisnis, sehingga kelak ketika sudah menikah saya tidak usah kembali bekerja, cukup menjalankan bisnis saya, maka hidup saya akan terjamin.
Mimpi? hmm tidak sih, hanya saja yang terjadi tidak semudah yang saya bayangkan, saya tidak menyangka akan ketemu jodoh yang domisili serta pekerjaannya ratusan kilometer jauhnya dari rumah saya, dan karena saya memang udah komitmen ke diri sendiri, jika sudah menikah kudu, wajib, harus ngikut suami, jadi yaaa saya ikut pindah domisili.
Satu sisi, lebih mudah, karena saya tidak terikat pekerjaan diinstansi manapun kala itu, jadi mau ngikut pindah domisili sih oke-oke aja, ga harus ribet urus sana-sini. Disisi lain, bisnis yang sudah saya kembangkan selama kurang lebih 3 tahun itu harus saya tinggalkan, dan membuka bisnis serupa dikota yang baru, masih keliatan fleksibel tentu saja, tapi tentu akan berbeda, karena saya harus memulai dari nol semua-muanya, mencari konsumen yang cocok dengan kue-kue buatan saya, baik secara rasa maupun harga, dan ini tentu saja tidak mudah. Dari kota besar yang lumayan konsumtif, dimana harga tidak masalah yang penting rasa enak, pindah ke kota berkembang yang masih menganut paham kue besar, murah, rasa belakangan.
Selama 1 tahun ini saya masih terus berjuang dengan segala keterbatasan saya, jangan dikata saya pindah lalu perlengkapan baking saya lantas diboyong semua, tentu tidak, yang pertama karena masih numpang dirumah mertua, egois banget kalau bawa barang banyak, ntar serumah penuh barang-barang saya aja. Kedua, bisnis di kota sebelumnya juga diteruskan oleh adek saya, jadi barang2pun tidak tertinggal percuma.
Agak dilema akhir-akhir ini, hingga lewat setahun pernikahan kami belum sanggup untuk mengontrak rumah sendiri :( sedih tapi memang tidak bisa dipaksakan, kami sama-sama bukan dari golongan yang berlebih, jadi ketika memulai memasuki rumah tangga, kami betul-betul memulainya dengan 0, ya tabungan kami 0, bahkan hingga sekarang hahaha.
Rasanya tidak enak juga menumpang seperti ini, numpang makan, tidur, tidak bayar listrik, air, dll. Duh benalu banget kami ini. Tapi mau bagaimana lagi, tagihan tiap bulan sisa utang-utang sebenarnya masih menumpuk :-), belum kebutuhan pribadi yang harus dikali 2, sementara sumber penghasilan cuma 1. Jualan saya pun kadang ada dan tiada, itupun sudah dengan hasil yang tidak terlalu besar, cuma buat muterin modal aja sih.
Musim CPNS, saya disuruh ikut daftar, sebenarnya sih mau-mau aja ya daftar, walaupun saya ga ada rasa optimis ingin kembali bekerja, untuk keliatan aja kalau saya sedikit berusaha, tapi formasi jurusan saya tidak ada dikota ini, itu berarti saya harus kembali ke kota saya agar saya bisa mandaftar karena formasi untuk jurusan saya lumayan banyak diterima dikota tsb. Dalam kondisi keuangan mepet seperti ini, untuk pergi test disana yang mana test tersebut rencananya hanya akan saya ikuti setengah hati duhh beraaat, biaya kesana PP habis 300rban, duhh bisa pakai ngontrol kehamilan duit segitu.
Seorang teman ngajakin daftar sama-sama, awalnya memang saya iyain aja sih, tapi karena hingga saat ini setiap ditanya udah daftar atau belum saya selalu menjawab belum akhirnya dia nanya kenapa, saya jawab, masih nunggu formasi kota ini buka, belum recheck, kalau ada dikota ini mending dikota ini aja, suami juga agak setengah hati ngasih ijin kalau daftarnya terlalu jauh.
Teman saya malah sedikit menyalahkan ijin setengah hati dari suami :-) katanya suami saya harusnya ga usah ngekang-ngekang saya, toh ini juga untuk masa depan saya. Ingin menjawab kembali tapi saya rasa kami ga sepaham soal itu, jadi percuma.
Ketika saya dan suami memutuskan untuk berumah tangga, saya berkomitmen akan selalu mendampinginya, kami udah LDR sejak pacaran, masa iya pas nikah mesti LDM? dan saya jelas bukan type perempuan yang tahan dengan LDM. Ngurus suami dan anak itu cita-cita saya sejak kuliah, dan itu pernah saya ucapkan didepan dosen dan teman-teman saya ketika seorang dosen bertanya ke kami, mahasiswanya, apa cita-cita kamu kelak. Ada menjawab jadi psikolog, sebagian lagi mau jadi akademisi, dll. Saya donk jawab, saya ingin menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anak saya kelak. sekelas ketawa ngakak dan anggap jawaban saya itu konyol dan terlalu sinetron. Mungkin iya, tapi itu artinya adalah ketika saya memilih menikah, seluruh diri saya, ilmu saya, bakti saya, akan saya curahkan untuk keluarga saya. Insya Allah.
Itu pula alasan kenapa saya memilih berbisnis dirumah dibanding kerja kantoran, karena saya ingin waktu saya lebih fleksibel, dan ternyata tidak semua orang memahami keinginan saya, dan memang sih tidak semua orang harus memahami, tapi cukup tidak memaksa dan sedikit mengintervensi saya aja sebenarnya. Saya paham beratnya keuangan kami, apalagi sebentar lagi akan bertambah jumlah dalam keluarga kecil kami, tentu berat jika post pemasukan hanya 1 sumber. Tapi saya juga ga tega jika nanti anak saya harus menjadi anak titip sana-sini karena saya harus bekerja. Duhh saya ingin melihat tumbuh kembang anak saya dari waktu ke waktu, dari dia mulai tengkurap, ngoceh, duduk, menyebutkan kata pertamanya, merangkak, berjalan dan semuaaa tahap perkembangannya. Saya ingin mencatat semua sebagai catatan cinta dari ibu untuknya kelak. Saya ingin tumbuh bersamanya. Dan saya ingin sayalah yang dicari pertama kali ketika dia butuh bantuan. Kondisi seperti ini tidak dipahami oleh orang lain, mungkin jawabannya, kalau penghasilan suami kamu bisa menutupi semuanya silahkan, kalau tidak? bagaimana memenuhi kebutuhan rumah tangga kalian? nunggu dibantuin dari langit?
Dan kembali lagi saya dilema :(
Mimpi? hmm tidak sih, hanya saja yang terjadi tidak semudah yang saya bayangkan, saya tidak menyangka akan ketemu jodoh yang domisili serta pekerjaannya ratusan kilometer jauhnya dari rumah saya, dan karena saya memang udah komitmen ke diri sendiri, jika sudah menikah kudu, wajib, harus ngikut suami, jadi yaaa saya ikut pindah domisili.
Satu sisi, lebih mudah, karena saya tidak terikat pekerjaan diinstansi manapun kala itu, jadi mau ngikut pindah domisili sih oke-oke aja, ga harus ribet urus sana-sini. Disisi lain, bisnis yang sudah saya kembangkan selama kurang lebih 3 tahun itu harus saya tinggalkan, dan membuka bisnis serupa dikota yang baru, masih keliatan fleksibel tentu saja, tapi tentu akan berbeda, karena saya harus memulai dari nol semua-muanya, mencari konsumen yang cocok dengan kue-kue buatan saya, baik secara rasa maupun harga, dan ini tentu saja tidak mudah. Dari kota besar yang lumayan konsumtif, dimana harga tidak masalah yang penting rasa enak, pindah ke kota berkembang yang masih menganut paham kue besar, murah, rasa belakangan.
Selama 1 tahun ini saya masih terus berjuang dengan segala keterbatasan saya, jangan dikata saya pindah lalu perlengkapan baking saya lantas diboyong semua, tentu tidak, yang pertama karena masih numpang dirumah mertua, egois banget kalau bawa barang banyak, ntar serumah penuh barang-barang saya aja. Kedua, bisnis di kota sebelumnya juga diteruskan oleh adek saya, jadi barang2pun tidak tertinggal percuma.
Agak dilema akhir-akhir ini, hingga lewat setahun pernikahan kami belum sanggup untuk mengontrak rumah sendiri :( sedih tapi memang tidak bisa dipaksakan, kami sama-sama bukan dari golongan yang berlebih, jadi ketika memulai memasuki rumah tangga, kami betul-betul memulainya dengan 0, ya tabungan kami 0, bahkan hingga sekarang hahaha.
Rasanya tidak enak juga menumpang seperti ini, numpang makan, tidur, tidak bayar listrik, air, dll. Duh benalu banget kami ini. Tapi mau bagaimana lagi, tagihan tiap bulan sisa utang-utang sebenarnya masih menumpuk :-), belum kebutuhan pribadi yang harus dikali 2, sementara sumber penghasilan cuma 1. Jualan saya pun kadang ada dan tiada, itupun sudah dengan hasil yang tidak terlalu besar, cuma buat muterin modal aja sih.
Musim CPNS, saya disuruh ikut daftar, sebenarnya sih mau-mau aja ya daftar, walaupun saya ga ada rasa optimis ingin kembali bekerja, untuk keliatan aja kalau saya sedikit berusaha, tapi formasi jurusan saya tidak ada dikota ini, itu berarti saya harus kembali ke kota saya agar saya bisa mandaftar karena formasi untuk jurusan saya lumayan banyak diterima dikota tsb. Dalam kondisi keuangan mepet seperti ini, untuk pergi test disana yang mana test tersebut rencananya hanya akan saya ikuti setengah hati duhh beraaat, biaya kesana PP habis 300rban, duhh bisa pakai ngontrol kehamilan duit segitu.
Seorang teman ngajakin daftar sama-sama, awalnya memang saya iyain aja sih, tapi karena hingga saat ini setiap ditanya udah daftar atau belum saya selalu menjawab belum akhirnya dia nanya kenapa, saya jawab, masih nunggu formasi kota ini buka, belum recheck, kalau ada dikota ini mending dikota ini aja, suami juga agak setengah hati ngasih ijin kalau daftarnya terlalu jauh.
Teman saya malah sedikit menyalahkan ijin setengah hati dari suami :-) katanya suami saya harusnya ga usah ngekang-ngekang saya, toh ini juga untuk masa depan saya. Ingin menjawab kembali tapi saya rasa kami ga sepaham soal itu, jadi percuma.
Ketika saya dan suami memutuskan untuk berumah tangga, saya berkomitmen akan selalu mendampinginya, kami udah LDR sejak pacaran, masa iya pas nikah mesti LDM? dan saya jelas bukan type perempuan yang tahan dengan LDM. Ngurus suami dan anak itu cita-cita saya sejak kuliah, dan itu pernah saya ucapkan didepan dosen dan teman-teman saya ketika seorang dosen bertanya ke kami, mahasiswanya, apa cita-cita kamu kelak. Ada menjawab jadi psikolog, sebagian lagi mau jadi akademisi, dll. Saya donk jawab, saya ingin menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anak saya kelak. sekelas ketawa ngakak dan anggap jawaban saya itu konyol dan terlalu sinetron. Mungkin iya, tapi itu artinya adalah ketika saya memilih menikah, seluruh diri saya, ilmu saya, bakti saya, akan saya curahkan untuk keluarga saya. Insya Allah.
Itu pula alasan kenapa saya memilih berbisnis dirumah dibanding kerja kantoran, karena saya ingin waktu saya lebih fleksibel, dan ternyata tidak semua orang memahami keinginan saya, dan memang sih tidak semua orang harus memahami, tapi cukup tidak memaksa dan sedikit mengintervensi saya aja sebenarnya. Saya paham beratnya keuangan kami, apalagi sebentar lagi akan bertambah jumlah dalam keluarga kecil kami, tentu berat jika post pemasukan hanya 1 sumber. Tapi saya juga ga tega jika nanti anak saya harus menjadi anak titip sana-sini karena saya harus bekerja. Duhh saya ingin melihat tumbuh kembang anak saya dari waktu ke waktu, dari dia mulai tengkurap, ngoceh, duduk, menyebutkan kata pertamanya, merangkak, berjalan dan semuaaa tahap perkembangannya. Saya ingin mencatat semua sebagai catatan cinta dari ibu untuknya kelak. Saya ingin tumbuh bersamanya. Dan saya ingin sayalah yang dicari pertama kali ketika dia butuh bantuan. Kondisi seperti ini tidak dipahami oleh orang lain, mungkin jawabannya, kalau penghasilan suami kamu bisa menutupi semuanya silahkan, kalau tidak? bagaimana memenuhi kebutuhan rumah tangga kalian? nunggu dibantuin dari langit?
Dan kembali lagi saya dilema :(
Subscribe to:
Posts (Atom)