Walaupun melahirkan dengan proses SC, tidak pake IMD, dan Prince Hilmi sempat menegak sufor diawal kelahirannya, bukan berarti saya harus mengabaikan untuk memberi ASI ke Prince Hilmi.
Diawal2 saya sedikit bersikeras untuk menolak sufor diberikan ke Prince Hilmi, lalu bidan2 di ruang perinatology meminta ASIP saya, sebagai solusi, apalagi kondisi kami berdua tidak ada yang bisa meninggalkan ruangan masing2, saya yang belum bisa bergerak pasca SC, dan Prince Hilmi yang masih harus diobservasi diruang perinatology. Memang bayi bisa bertahan 72 jam tanpa minum karena masih punya cadangan makanan yang dibawa sejak masih dalam perut, tapi cara tercepat meredakan tangis bayi ya diberi minum, saya ga bisa egois, apalagi Prince Hilmi belum room in dengan saya kala itu, para bidan dan calon bidan disana pasti ga bakal mau begadang semalaman hanya untuk menimang Prince Hilmi yang nangis terus sepanjang malam, sementara ada beberapa bayi lain yang juga ada diruangan tersebut, terlebih pula ASI saya sama sekali belum keluar kala itu.
Stress? Banget, bermacam2 yang ada dikepala saya waktu itu, ASI yang belum keluar, perkiraan biaya persalinan, apalagi kami memang ga siapin dana untuk SC karena ga kepikiran buat SC, takut BPJS saya tidak mengcover full biaya operasi, terlebih golongan PNS tuan suami bukan golongan yang tinggi, belum lagi sakitnya pasca SC, semua ngumpul jadi satu.
Setelah akhirnya kami bisa room in, saya mulai berusaha memberikan ASI ke Hilmi, memang masih blm keluar, padahal sudah bengkak dan beberapa kali calon bidan yang lagi magang membantu saya pijat, dan mengompres agar ASI saya segera keluar. Belum lagi Prince Hilmi ga henti2nya menangis, bingung banget mesti nyusuin pake gaya bagaimana lagi, kalau berbaring, malah lebih susah, karena saya masih susah banget bergerak. Disusuin sambil duduk pun dia tetap nangis, belakangan baru ketahuan Prince Hilminya kedinginan dengan suhu AC diruangan, selama ini khan bobonya terkurung dalam kaca inkubator yang hangat, begitu masuk ruang berAC, nangislah dia kedinginan.
Alhamdulillah sejak mulai room in itu hingga sekarang Prince Hilmi terus ASI dan ga terpapar sufor lagi. Saya terus berjuang agar ASI saya cukup untuk Prince Hilmi, ga ngoyo mau berlimpah, asal cukup aja, Alhamdulillahnya lagi ASI saya cukup banyak, walaupun sering diragukan kuantitasnya oleh mertua saya :D Setiap Prince Hilmi nangis ketika NgASI selalu disangkanya ASI saya sedikit, sehingga membuat Prince Hilmi nangis, ditambah sepertinya saya kena baby blues syndrom, jadi deh sensi banget dengar ocehan mertua saya tentang ASI saya yang katanya sedikit itu, saya bisa jadi stress banget. Untungnya dibalik ocehan mertua tentang ASI saya yang katanya sedikit itu, beliau tetap menyediakan makanan terbaik untuk saya, mulai sayur katuk, jantung pisang plus kacang hijau, sayur bayam, tumis pare dan lain-lain, sehingga ASI tetap banyak.
Dulu-dulu saya menyangka menyusui itu mudah, tinggal nyodorin ke baby dan biarkan dia menghisap semampu dan semaunya dia, tapi ternyata tidak semudah yang saya bayangkan, ada banyak faktor yang harus diperhatikan agar pasokan ASI tetap cukup. Pelekatan yang sempurna agar si baby bisa kenyang, dan tidak mengalami sore nipple.
Semua ibu yang melahirkan anak pertama tidak ada yang langsung pintar menyusui, berbagai kendala muncul, mulai dari ASI yang masih tersumbat, sore nipple karena pelekatan yang tidak sempurna, bahkan LDR (Let Down Reflex) yang tidak sempurna.
Untungnya sekarang informasi tentang ASI dan bagaimana cara menangani masalah-masalah yang timbul sudah banyak diinternet, jadi saya bisa belajar banyak, terlebih dikota kecil ini, saya belum menemukan konselor laktasi. Tiap hari saya belajar, ketika Prince Hilmi tidur, saya mulai lagi membaca artikel2 tentang ASI, Apa dan Bagaimana masalahnya dan penanganannya, dan lain-lain. Saya juga mulai mendiskusikan dengan suami, minta support full. Sama Prince Hilmipun saya tiap saat bisikin dia untuk membantu saya agar tetap bisa memberikan yang terbaik, saya minta Prince Hilmi bekerja sama dengan saya agar saya bisa tetap memberikan ASI hingga waktunya dia disapih ketika usianya 2 tahun nanti.
Alhamdulillah di usia Prince Hilmi 5 bulan ini, ASI saya masih tetap cukup untuk dia, plus Ramadhan kemarin pun saya sanggup puasa. Ketakutan bahwa ASI akan hilang jika kita berpuasa itu lenyap. Saya serahkan semua sama Allah, memohon dimudahkan agar saya bisa tetap melaksanakan ibadah puasa dan Prince Hilmi tetap puas menyusunya, berharap agar ASI saya ini masih terus cukup, insya Allah. Aamiin.
Pada akhirnya saya baru menyadari omongan teman saya semasa kuliah dulu yang lebih dulu menikah dan memiliki anak, kata dia, menjadi ibu itu naluri, ga usah takut ga bisa ngapa-ngapain, akan muncul naluri dengan sendirinya, jadi ibu itu ga ada sekolahnya, tapi nanti tiap harinya kita akan belajar dengan melihat pola si anak.
Dan akhirnya saya menyadari, menjadi ibu itu rasanya luar biasa bahagianya :) Semoga saya tetap bisa memberikan yang terbaik untuk Prince Hilmi. Aamiin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Thx udah Comment Yaks.. ^_^ sering mampir n comment di KaMaR uNieQ Lho.. ^^