Monday, November 03, 2014

Welcome 21 weeks

Alhamdulillah, usia kehamilan sudah sampai diusia ini, moga sehat terus hingga waktunya lahiran kelak, dimudahkan prosesnya dan dilancarkan segalanya. Aamiin.

Terakhir check-up 2 minggu lalu, jenis kelamin bayinya sudah keliatan, Insya Allah yang lagi menunggu waktu launching diperut ini berjenis kelamin laki-laki. Doa ibu bapaknya terkabul nih :) Bapaknya pengen anak pertamanya laki-laki karena diharapkan nanti si kakak ini yang akan menganyomi adek-adeknya, dan untuk sementara menjadikan ibunya bidadari tercantik diantara 2 lelaki ganteng, hihihi

Nah alasan ibunya lain lagi, sebagai anak pertama yang lahir dengan jenis kelamin perempuan, ada masa dimana dulu saya sangat mendambakan sosok seorang kakak laki-laki, maka dari itu harapannya sih anak-anakku setelah ini jika diberi rejeki berjenis kelamin perempuan, dia cukup senang karena punya kakak laki-laki yang akan menjaganya. :)

Waktu check-up 2 minggu lalu, berat badan saya masih stabil, malah cenderung turun, walaupun turunnya juga ga banyak, sampai-sampai diberi vitamin penambah nafsu makan sama bu bidan, yang hingga sekarang belum juga saya minum hihihi karena berdasarkan pemeriksaan terakhir, alhamdulillah berat janin berkembang sesuai dengan usia kehamilannya.

Mungkin nanti jika saya mulai susah makan, baru deh minum vitamin tersebut, makan sih biasa aja, tapi beda aja dari biasa, dulunya makan mesti nambah, sekarang ga pakai nambah, porsinya pun agak dikit, soalnya perut rasanya agak penuh.

Untuk nama si baby boy sang jagoanku kelak ini terus terang saya dan tuan belum nemu, padahal udah download daftar nama-nama yang bagus, tapi masih bingung, ternyata menentukan nama bayi itu susah, karena menyangkut doa yang mengikuti dia seumur hidupnya.

Jadwal tidur masih kacau, kadang tidur jam 8 malam, kebangun jam 11, habis itu ga akan bisa tidur sampai subuh, tapi kalau pagi, duhh tidurnya ampun, sampe sering ditegur sama ibu kalau pas beliau nelpon dan sayanya lagi asyik tidur :D. Aktivitas si bumil ini masih moody, kalau ada yang mau pesan kue ya diterima, tapi tidak menerima dadakan, karena berdiri lama-lama didapur masih menyisakan rasa lelah yang luar biasa bagi saya, mungkin karena jarang beraktivitas, jadi sekalinya beraktivitas dikit, langsung tepar.

Perut belum terlalu gede, malah masih dikira ga hamil, soalnya belum keliatan perubahannya, perutnya masih seperti perut sebelum hamil, yang memang agak buncit hahaha makanya ga kentara kalau si perut buncit ini sudah berisi. Kata dokter juga gitu, biasanya nanti memasuki bulan ke 6 baru deh keliatan.

Semoga semua berjalan lancar, bayinya lahir sehat, ibunya melahirkan dengan mudah dan sehat. Aamiin.

Friday, September 05, 2014

Welcome 12 Week #CeritaHamil

Assalamu'alaikum anakku sayang, kini usiamu diperut ibu sudah 12 minggu 3 hari, sehat terus yaaa sayang, dan tumbuhlah jadi anak yang sholeh/sholehah, pinter, cerdas, berbakti pada orangtua, rajin ibadah, dan semuaa yang baik melekat padamu.

Hari ini sungguh excited ketemu calon baby, dua hari kemarin sempat demam, disaranin npsegera ke dokter biar segera ketahuan kalau ada apa-apa, alhamdulillah sih semua sehat, mungkin ibunya aja kali yaa yang kurang vitamin, jadi gampang tepar, padahal juga ga ngapa-ngapain kecuali begadang hihihi

 Sebenarnya udah disaranin kontrol pas demam hari pertama, tapi dalam kondisi demam malas banget tuh duduk lama ngantri nunggu, mana kalau ke dsog, ngantrinya duhh 2-3 jam minimal. Udah males duluan. Hari kedua masih demam, ya sudahlah minta tolong tuan daftarin antrian, cuma kali ini saya mau nyoba kembali ke dsog (kita sebut dr. HR) tempat saya periksa pas masih promil, ternyata untuk hari itupun udah full, jadi harus daftar untuk besok (hari ini).

Oya, dulu waktu promil memang saya ke dsog yang saya datangin tadi ini, nah pas positif sih saya pindah ke dsog lain (kita sebut dr. JR), waktu itu pertimbangannya, pertama kita khan mau pakai askes tuh melahirkan nanti, jadi kita langsung ke praktek dr. JR yang nanganin di Rumah Sakit itu, pertimbangan lainnya obat di dr. JR ditebus diapotik diluar lokasi praktek, jadi sebenarnya si obat bisa ga ditebus semua. Sementara di dr. HR, karena tempat praktek beliau satu lokasi dengan Rumah Bersalin milik orangtuanya (ibunya si dokter ini bidan dulunya), biaya konsultasi sekalian sama penebusan obat, dan saya pernah tekor gegara ga bawa cash yang cukup hihihi ga mau malu dua kali sih sebenarnya.

 Tapi suasana kontrol di dr. HR ini lebih nyaman menurut saya, ruang kontrolnya tidak sebesar milik dr. JR sih, tapi ini malah yang bikin nyaman, bebas, habis USG langsung konsultasi. Kalau di dr. JR, masuk ruangan konsul langsung 3 pasien, di USG satu2 diruangan terpisah, lalu antri lagi nunggu konsultasi. Duh keroyokan ya? belum lagi kalau salah satu pasien yang seruangan dengan kita ada yang pasang KB, lamaaaa.

Biaya konsul di dr. JR dan dr. HR sebenarnya lebih murah dr. HR, mana USGnya lebih canggih dr. HR sih, hasil USGnya lebih nyataaa, duhh saya tadi sampai sumrigah sendiri, membuncah perasaannya liat si debay dengan ukuran yang lebih besar.


Ini dia, si mungil yang membuat hati ibu membuncah, ngeliatnya rasa lebih nyataaa, duhh saya sampai manggil2 tuan, histeris sendiri, padahal ya tuan bisa liat kali dari monitor wkwkwk

Nah dicetakin juga versi yang ini, pas dimonitor ini warnanya beneran nyata, cokelat kemerah-merahan, lebih nyata lihatnya. Duhh semakin bahagia rasanya. Dan karena saya bilang vitamin saya dari dokter sebelumnya juga masih ada, jadi tadi saya cuma dikenakan biaya konsultasi aja. Makin bahagia, ga jadi pusing 7keliling hihihi.

Perkiraan usia kehamilan berdasar dari USG kedua dokter ini juga beda, dr. JR, hari ini baru masuk UK 12W, nah di dr. HR tadi UKnya lebih 3 hari, jadi sekarang udah 12W3D, kata adek saya sih tiap mesin USG itu biasanya beda-beda, tapi jaraknya juga ga akan jauh2 dari itu. Yang penting sih calon bayinya ibu sehaaat yaaa?

Tadi habis diskusi sama tuan, saya milih lanjut di dr. HR aja, persoalan nanti pas mau melahirkannya kemana, yaa diliat nanti aja, pilih yang nyaman dulu deh kontrolnya.


Wednesday, September 03, 2014

Dilema, haruskah kembali kerja?

Waktu memilih resign beberapa tahun lalu dari kantor terakhir, saya statusnya belum nikah, masih jomblo pula, tapi harapannya resign, bangun dan mengembangkan bisnis, sehingga kelak ketika sudah menikah saya tidak usah kembali bekerja, cukup menjalankan bisnis saya, maka hidup saya akan terjamin.

Mimpi? hmm tidak sih, hanya saja yang terjadi tidak semudah yang saya bayangkan, saya tidak menyangka akan ketemu jodoh yang domisili serta pekerjaannya ratusan kilometer jauhnya dari rumah saya, dan karena saya memang udah komitmen ke diri sendiri, jika sudah menikah kudu, wajib, harus ngikut suami, jadi yaaa saya ikut pindah domisili.

Satu sisi, lebih mudah, karena saya tidak terikat pekerjaan diinstansi manapun kala itu, jadi mau ngikut pindah domisili sih oke-oke aja, ga harus ribet urus sana-sini. Disisi lain, bisnis yang sudah saya kembangkan selama kurang lebih 3 tahun itu harus saya tinggalkan, dan membuka bisnis serupa dikota yang baru, masih keliatan fleksibel tentu saja, tapi tentu akan berbeda, karena saya harus memulai dari nol semua-muanya, mencari konsumen yang cocok dengan kue-kue buatan saya, baik secara rasa maupun harga, dan ini tentu saja tidak mudah. Dari kota besar yang lumayan konsumtif, dimana harga tidak masalah yang penting rasa enak, pindah ke kota berkembang yang masih menganut paham kue besar, murah, rasa belakangan.

Selama 1 tahun ini saya masih terus berjuang dengan segala keterbatasan saya, jangan dikata saya pindah lalu perlengkapan baking saya lantas diboyong semua, tentu tidak, yang pertama karena masih numpang dirumah mertua, egois banget kalau bawa barang banyak, ntar serumah penuh barang-barang saya aja. Kedua, bisnis di kota sebelumnya juga diteruskan oleh adek saya, jadi barang2pun tidak tertinggal percuma.

Agak dilema akhir-akhir ini, hingga lewat setahun pernikahan kami belum sanggup untuk mengontrak rumah sendiri :( sedih tapi memang tidak bisa dipaksakan, kami sama-sama bukan dari golongan yang berlebih, jadi ketika memulai memasuki rumah tangga, kami betul-betul memulainya dengan 0, ya tabungan kami 0, bahkan hingga sekarang hahaha.

Rasanya tidak enak juga menumpang seperti ini, numpang makan, tidur, tidak bayar listrik, air, dll. Duh benalu banget kami ini. Tapi mau bagaimana lagi, tagihan tiap bulan sisa utang-utang sebenarnya masih menumpuk :-), belum kebutuhan pribadi yang harus dikali 2, sementara sumber penghasilan cuma 1. Jualan saya pun kadang ada dan tiada, itupun sudah dengan hasil yang tidak terlalu besar, cuma buat muterin modal aja sih.

Musim CPNS, saya disuruh ikut daftar, sebenarnya sih mau-mau aja ya daftar, walaupun saya ga ada rasa optimis ingin kembali bekerja, untuk keliatan aja kalau saya sedikit berusaha, tapi formasi jurusan saya tidak ada dikota ini, itu berarti saya harus kembali ke kota saya agar saya bisa mandaftar karena formasi untuk jurusan saya lumayan banyak diterima dikota tsb. Dalam kondisi keuangan mepet seperti ini, untuk pergi test disana yang mana test tersebut rencananya hanya akan saya ikuti setengah hati duhh beraaat, biaya kesana PP habis 300rban, duhh bisa pakai ngontrol kehamilan duit segitu.

Seorang teman ngajakin daftar sama-sama, awalnya memang saya iyain aja sih, tapi karena hingga saat ini setiap ditanya udah daftar atau belum saya selalu menjawab belum akhirnya dia nanya kenapa, saya jawab, masih nunggu formasi kota ini buka, belum recheck, kalau ada dikota ini mending dikota ini aja, suami juga agak setengah hati ngasih ijin kalau daftarnya terlalu jauh.

Teman saya malah sedikit menyalahkan ijin setengah hati dari suami :-) katanya suami saya harusnya ga usah ngekang-ngekang saya, toh ini juga untuk masa depan saya. Ingin menjawab kembali tapi saya rasa kami ga sepaham soal itu, jadi percuma.

Ketika saya dan suami memutuskan untuk berumah tangga, saya berkomitmen akan selalu mendampinginya, kami udah LDR sejak pacaran, masa iya pas nikah mesti LDM? dan saya jelas bukan type perempuan yang tahan dengan LDM. Ngurus suami dan anak itu cita-cita saya sejak kuliah, dan itu pernah saya ucapkan didepan dosen dan teman-teman saya ketika seorang dosen bertanya ke kami, mahasiswanya, apa cita-cita kamu kelak. Ada menjawab jadi psikolog, sebagian lagi mau jadi akademisi, dll. Saya donk jawab, saya ingin menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anak saya kelak. sekelas ketawa ngakak dan anggap jawaban saya itu konyol dan terlalu sinetron. Mungkin iya, tapi itu artinya adalah ketika saya memilih menikah, seluruh diri saya, ilmu saya, bakti saya, akan saya curahkan untuk keluarga saya. Insya Allah.

Itu pula alasan kenapa saya memilih berbisnis dirumah dibanding kerja kantoran, karena saya ingin waktu saya lebih fleksibel, dan ternyata tidak semua orang memahami keinginan saya, dan memang sih tidak semua orang harus memahami, tapi cukup tidak memaksa dan sedikit mengintervensi saya aja sebenarnya. Saya paham beratnya keuangan kami, apalagi sebentar lagi akan bertambah jumlah dalam keluarga kecil kami, tentu berat jika post pemasukan hanya 1 sumber. Tapi saya juga ga tega jika nanti anak saya harus menjadi anak titip sana-sini karena saya harus bekerja. Duhh saya ingin melihat tumbuh kembang anak saya dari waktu ke waktu, dari dia mulai tengkurap, ngoceh, duduk, menyebutkan kata pertamanya, merangkak, berjalan dan semuaaa tahap perkembangannya. Saya ingin mencatat semua sebagai catatan cinta dari ibu untuknya kelak. Saya ingin tumbuh bersamanya. Dan saya ingin sayalah yang dicari pertama kali ketika dia butuh bantuan. Kondisi seperti ini tidak dipahami oleh orang lain, mungkin jawabannya, kalau penghasilan suami kamu bisa menutupi semuanya silahkan, kalau tidak? bagaimana memenuhi kebutuhan rumah tangga kalian? nunggu dibantuin dari langit?

Dan kembali lagi saya dilema :(

Wednesday, August 13, 2014

Pertama kali bertemu denganmu

Mulai mau rajin isi blog ini lagi, mau mengabadikan cerita tentang kehamilan ini, moga malesnya ga kumat hihihi

Seperti cerita sebelumnya, kemarin itu jadwal kontrol, dan karena kontrol pertama janin masih samar dan tidak keliatan, jadi baru kali ini ketemuan untuk pertama kalinya dengan calon debay yang ada diperut ini.

Harusnya sih jadwal kontrol hari senin, udah datang tepat waktu pas jam klinik buka, eh nyampe klinik, kehabisan nomer antrian, padahal suster yang bertugas aja belum datang, akhirnya ngantri nunggu suster, dan juga ngantri susternya melayani yang punya nomer antrian, baru berikutnya saya daftar untuk check keesokan harinya, dapat nomer antrian 8.

Jadilah kemarin berangkat jam 5 karena tuan suami pulang agak telat, nyampe sana daftar ulang, liat antrian sudah banyak, tapi masih ada 4 nomer sebelum nomer antrian saya. Dan ternyata mundur terus gegara beberapa pasien pasca operasi datang kontrol, menurut susternya sih kebijakan kliniknya pasien pasca operasi harus diutamakan.

Datang jam 5 dan saya baru masuk jam setengah 8, superr deh nunggunya, itu padahal nomer antrian 8 lho, gimana yang nomer antrian terakhir 40? ntah sampai jam berapa baru kelar.

Selama hamil ini memang bawaannya minum terus, udah bawah sebotol dari rumah dan langsung habis, karena pikirnya udah dekat nomer antrian, belum ada rasa2 mau pipis, beli minum lagi sebotol, dan hampir habis, jadinya belum jam 6 juga udah mau pipisss banget, cek nomer antriannya harusnya sih udah hampir ya, tapi kok ya ga dipanggil2, ya sudah deh akhirnya pertahanan udah hampir jebol, ke toilet buat pipis, pernah ngerasain gimana pipis setengah? ga legaaa, karena ngerasa nomer antrian dah mepet, dan ga mungkin rasanya minum air lagi, maka pipisnya saya keluarin setengah aja.

nunggu hampir sejam, belum juga dipanggil2, ini malah mau pipis lagi rasanya, pas udah saatnya dipanggil, masuk dulu timbang badan dan check tensi. terakhir nimbang sih 89kg (tutup muka, maluuu), itu pas lebaran kemarin, nah ini timbang alhamdulillah turun tinggal 85 kg, katanya hamil trimester pertama itu wajar klo timbangannya turun karena susah makan, ga tau deh berikutnya bakal naik berapa kg, ga berani ngebayangin.

Pas saatnya di USG dan ternyata kantong kemih saya kepenuhan, jadi disuruh keluarin setengah lagi sama dokternya, akhirnya ke toilet lagi udah ngerasa keluarin setengah kok ya kantong kemihnya masih full, kayaknya produksi pipis saya memang berlebihan kemarin itu, tapi emang sih selama hamil ini beser2 karena kebanyakan minum, jarak pipis ke pipis berikutnya paling 15 menit aja. Lha ini nahan 2 jam gimana ga full tuh.

Untung debaynya udah keliatan, denyut jantungnya dah ada, duhh bahagianya, tuan suami sampe mau pegang tuh layarnya, untung dia ga lebay mau nyium tuh layar hahaha uk.nya 8m5d ukurannya 20,9mm ya ampunn kecil ya?

Ditanyain ma dokternya, mabok ga? iyaaa mabok banget, bau parfum, bau pewangi pakaian tuh bikin pusing, disuruh makan terus aja katanya kalau muntah makan lagi, duhh mana bisa, habis muntah mulut jadi pahit, udah ga selera mau makan lagi.

Diresepin penguat lagi dan vitamin, apalagi janin juga masih kecil, masih ringkih, jadi tetap ga boleh capek, alhamdulillah tidak ada keluhan berarti selain mabok2 itu.

Sehat terus ya, nak! tidak sabar ketemu lagi denganmu bulan depan.

Alhamdulillah, setelah setahun menunggu!

Langsung hamil setelah menikah pasti luar biasa bahagianya, apalagi setelah menunggu beberapa bulan bahkan beberapa tahun, wahh bener-bener rasanya rejeki yang priceless banget. Saya mungkin termasuk beruntung karena hanya diberi waktu menunggu selama setahun agar bisa hamil, itupun tak henti saya bersyukur, alhamdulillah sudah dipercaya menjaga si kecil ini dalam perut.

Kemarin jadwal control dsog, karena bulan lalu masih samar, jadi belum bisa diukur, berbekal dari hasil TP aja, dsog memberikan vitamin dan obat penguat. Bayangkan selama sebulan saya menduga2, beneran hamil kah? untungnya mabok2 trimester pertama menguatkan kalau memang diperut ini ada calon debay. Setelah semalam melihat sendiri ukurannya masih 20,9mm duhh bahagianyaaaaa, usia kehamilannya masih 8w5d, walaupun sebenarnya kalau menurut hitungan HPHT udah lebih dari itu, tapi yang pasti hingga saat ini saya dan calon debay alhamdulillah sehat.

Bagi saya, ini rejeki dan berkah ramadhan tahun ini yang bener2 priceless, begitu tau hamil, langsung stop orderan kue kering, takut ga kuat, apalagi masih baru, nunggu lama pula dapatnya(anggaplah setahun itu, lama). Sebenarnya sejak akhir Juni ngerasa ada yang aneh sama tubuh ini, PD mengeras dan super duper sensitif, karena belum haid juga jadi saya anggap, mungkin mau haid nih. TP akhir juni, masih belum nampak apa2, owh mungkin beneran mau haid aja.

Awal Juli ada beberapa hari ngerasa beneran kayak mau haid, nyeri perut, dan badan rasanya ga enak, tunggu 2-3 hari kok haidnya ga datang2 ya? Sampai beberapa hari kemudian pas mau sahur rasanya agak mual, mungkin masuk angin sih hihi tapi ntah kenapa tergerak untuk TP, untungnya masih punya stok. Setelah TP dan melihat ada garis samar, wuaaah langsung keluar dari kamar mandi, pakai lari pula buru2 bangunin tuan suami, pamerin hasil TP, dan yaa kami menangis bersama, beneran bersyukurrr banget.

Karena masih samar waktu itu, coba TP lagi esok harinya menggunakan TP yang compact, agak mahalan dikit lha dari yang biasa, alhamdulillah samarnya semakin jelas, merencanakan jadwal ke dsog senin sore, biar semakin jelas sih.

Senin paginya masih sempat TP biar yakin seyakin-yakinnya, untung yang terakhir semakin jelas. Selama ramadhan praktek dsognya buka lebih cepat agar bisa tutup lebih cepat, kirain sih baru buka pas malam, jadi saya masih bisa minum air banyak2, akibatnya pemeriksaan perdana ga dapat apa2 karena kencing saya juga dikit, jadi calon debaynya masih samar dihasil USG, yaaah kecewa deh, padahal dah penasaran banget liatnya.
Mulai saat itu, rajin TP sekedar melihat perkembangan calon debaynya, sedikit H2C juga takutnya hamil ektopik, gimanapun ini merupakan momok bagi sebagian besar calon ibu. Alhamdulillah tidak ada flek, nyeri paling nyeri biasa, dan beneran kalau udah capek banget atau perutnya agak keram, langsung istirahat, ga mau memaksakan diri, si debay dalam perut ini masih ringkih banget.

Semoga sehat terus, moga Allah menjodohkan kami hingga saya dan tuan suami bisa mengasuh debay hingga dia dewasa kelak. Aamiin.